Rabu, 15 Februari 2017

Makalah Manajemen Pengembangan Pendidikan Islam :"Pondok Pesantren TIDAR Kota Magelang"

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun  panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini .
            Makalah berjudul “Manajemen Pengembagan Lembaga Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Tidar Kota Magelang “  ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah  Manajemen Pengembangan Lembaga Pendidikan  yang diampu oleh Bapak Afga Sidiq Rifai, M.Pd.I.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun tak lepas dari bantuan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu per satu .
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun demi tersusunnya makalah yang sempurna. Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.



Penyusun









DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..........................................................................................................   1  
Daftar Isi                                                                                                                       2

BAB I : Pendahuluan
A.    Latar Belakang ..............................................................................................   3
B.    Rumusan Masalah .........................................................................................   4
C.    Tujuan ............................................................................................................   4

BAB III : Kajian Teori
A.    Pengertian Sistem Manajemen Pondok Pesantren.........................................   5
B.    Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren....................................   7
C.    Pengelolaan Sistem Manajemen dalam Pesantren..........................................   9
D.    Unsur-unsur Urgensi Pengelolaan Pesantren .................................................   13
E.  Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren ...................................................   14
F.   Peran Pesantren dalam Proses Pembangunan Sosial .....................................   14

BAB III : Hasil Observasi
A.    Sejarah Berdiri ...............................................................................................   17
B.    Profil Pondok Pesantren Tidar ......................................................................   20
C.    Manajemen Pengelolaan Pondok Pesantren Tidar ........................................   24
D.    Sistem Pelaksanan dan Standar Isi Pondok Pesantren Tidar ........................   29

BAB IV : Penutup
A.    Simpulan ........................................................................................................  32

Daftar Pustaka ..........................................................................................................  33


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Islam merupakan komponen terpenting untuk membentuk dan mewarnai corak hidup masyarakat. Pendidikan Islam sangat penting bagi ummat Islam karena dapat mempelajari ilmu pengetahuan dan yang lainnya. Pendidikan Islam dikenal sejak zaman Nabi sampai sekarang. Di Indonesia mengenal pendidikan Islam sejak Islam datang ke Indonesia. Pendidikan ini memakai sistem sorogan/perorangan dan berlangsung secara sangat sederhana serta tidak mengenal strata atau tingkatan seperti pada pesantren dan kemudian berkembang dengan sistem kelas seperti pada pendidikan madrasah.
Kalau kita berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan lembaga-lembaga pendidikan karena suatu pendidikan pasti ada lembaga yang membantu. Lembaga pendidikan Islam adalah wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan, dan itu dimulai dari lingkungan keluarga. Seperti dalam firman Allah swt dalam QS. At-Tahrim: 6, yaitu: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Pada ayat ini diperintahkan untuk memberi peringatan dan dakwah pada keluarga. Berdasarkan beberapa bentuk lembaga pendidikan Islam tersebut, tampaknya sangat berperan dalam penyelenggaraaan pendidikan Islam. Oleh karena itu kami akan membahas lebih mendalam mengenai lembaga pendidikan Islam dalam makalah kami kali ini
Pendidikan islam termasuk masalah sosial, sehingga dalam kelembagaannya tidak lepas dari lembaga-lembaga sosial yang ada. Lembaga juga disebut institusi atau pranata. Maksud lembaga sosial adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relative tetap atas pola-pola tingkah laku, peranan-peranan dan relasi yang terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum, guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.
            Secara konsep, lembaga sosial tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu: (1) asosiasi, misalnya universitas atau persatuan, (2) organisasi khusus, misalnya penjara, rumah sakit dan sekolah, (3) pola tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan, atau pola hubungan sosial yang mempunyai tujuan tertentu.
Lembaga pendidikan islan pondok pesantren Tidar adalah salah satu lembaga pondok peantren yang ada di kota Magelang, pondok pesantren Tidar memiliki struktur pengajaran berbasis Kuliyyatul Mu’alimin Al-Islamiyah ( KMI ) yaitu kurikulum yang mengacu pada kesepakatan para mualim/asatid pondok pesantren TIDAR.

2.      Rumusan Masalah
a.       Bagaimana teori mengenai manajemen dan pengembangan pondok pesantren ?
b.      Bagaimana manajeman dan pengembangan pondok pesantren Tidar  Kota Magelang?
c.       Bagaimana sistem pelaksanaan dan aplikasi standar isi di pondok pesantren Tidar  Kota Magelang?

3.      Tujuan
a.       Mengetahui teori mengenai manajemen dan pengembangan pondok pesantren.
b.      Mengetahui dan memahami proses manajeman dan pengembangan pondok pesantren Tidar  Kota Magelang.
c.       Mengetahui sistem pelaksanaan dan aplikasi standar isi di pondok pesantren Tidar  Kota Magelang.





BAB II
KAJIAN TEORI

 A.  Pengertian Sistem Manajemen Pesantren
Sebelum membahas apa itu manajemen pesantren maka kita harus tahu dahulu apa itu sistem  manajement dan apa itu pesantren. Sistem adalah cara, sarana, upaya, dan organ.[1] Dan manejemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management artinya yang dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola. Kata manage itu sendiri berasal dari Italia Maneggio yang diadopsi dari bahasa latin managiare, yang berasal dari kata manus yang artinya tangan.[2] Dalam bahasa Arab berasal dari nazhoma atau idarah artinya yang menata beberapa hal dan mengabungkan beberapa antara satu dengan yang lain.[3]
Sedangkan secara terminologis manajemen menurut yang dikutip oleh Made Pidarta terbagi kepada manajemen sebagai peranan dan manajemen sebagai tugas, hal ini memberi jalan untuk membedakan kedua istilah itu. Manajemen sebagai tugas ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sementara itu salah satu manajemen sebagai peranann disebutkan peranan administrasi eksekutif.[4] Menurut para ahli dikemukakan yang pertama manajemen adalah mengelola orang-orang, yang kedua adalah pengambilan keputusan, yang ketiga adalah pengorganisasian dan pemanfaatan sumber-sumber untuk menyesuaikan tujuan yang telah ditentukan.[5]
Jadi Sistem pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren.[6]
Sudah menjadi common sense bahwa pesantren lekat dengan figure kyai. Kyai dalam pesantren merupakan figure pesantren sentral, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini erat kaitanya denggan dua faktor :[7]
Pertama, kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar pada karisma serta hubungan yang bersifat patemalistik. Kebanyakan pesantren menganut pola mono manjemen dan mono administrasi sehingga tidak ada delegasi kewenanggan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi.
Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga bukan komunal. Otoritas individu kyai sebagai pendiri skaligus pengasuh pesantren sanggat besar dan tidak bisa di ganggu gugat. Faktor nasab atau keturnan juga kuat sehingga kyai bisa mewariskan kepemimpinan pesantren kepada anak ( istilahnya putra mahkota) yang di percaya pada komponen pesantren yang berani memprotes. Sistem seperti ini kerap kali menggundang sindiran bahwa pesantren seperti kerajaan kecil.
Sejalan dengan penyelenggaraan pendidikan formal beberapa pesantren menggalami penggembanggan pada aspek manajemen, organisasi, dan atministrasi penggelolan keuanggan. Perkembanggan ini dimulai dari perubahan gaya kepemimpinan pesantren dari karismatik ke rasionalostik, dari otoriter paternalistic ke diplomatik partisipatif. Sebagai contoh kasus kedudukan dewan kyai di pesantren tebu ireng menjadi salah satu unit kerja kesatuan administrasi penggelolaan penyelenggaraan pesantren sehingga pusat kekuasaan sedikit terdistribusi di kalangan elite pesantren dan tidak terlalu terpusat pada kyai. [8]
Beberapa pesantren sudah membentuk badan pengurus harian sebagai lembaga payung yang khusus mengelola dan menanggani kegiatan-kegiatan pesantren misalnya pendidikan formal, diniyah, penggajian majelis ta’lim, sampai pada masalah pengginapan (asrama santri), kerumah tanggan, kehumasan. Pada tipe pesantren ini pembagian kerja antar unit sudah perjalan denggan baik, meskipun tetap saja kyai memiliki pengaruh yang kuat.[9]
Sayangnya perkembangan tersebut tidak merata di semua pesantren. Secara umum pesantren masih menghadapi kendala serius menyangkut ketersediaan sumber daya manusia profesional dan penerapan manajemen yang umumnya masih konvensional, misalnya tiadanya pemisahan yang jelas antara yayasan, pimpinan madrasah, guru dan staf atministrasi, tidak adanya transparasi pengelolaan sumber-sumber keuangan belum terdistribusinya pengelolaan pendidikan, dan banyaknya penyelenggaraan atministrasi yang tidak sesuai aturan baku organisasi. Kyai masih merupakaan figure sentral dan penentu kebijakan pendidikan pesantren. [10]
Rekuitmen ustadz atau guru, penggembangan akademik, reward sistem, bobot kerja juga tidak berdasarkan aturan yang berlaku.penyelenggaraan pendidikan sering kali tanpa perencanaan. Berapa banyak pesantren yang memiliki rencana induk pengembangan (RIP), dan statutnya misalnya sebagai pedoman penggelolaan pendidikan.[11]
Kerumitan dan permasalahan ini menyebapkan antara normativitas dan kondisi opyektif pesantren ada kesenjangan termasuk dalam penerapan teori manajemen pendidikan. Semata-mata berpegang pda normativitas dengan mengabaikan kondisi obyektif yang terjadi di pesantren adalah tindakan kurang bujaksana, kalau tidak dikatakan gagal memahami pesantren. Akan tetapi membiarkan kondisi itu berjalan terus tanpa ada pembenahan juga tidak arif.  Penerapan manajemen pendidikan tidak hanya di tetapkan tanpa mempertimbangkan atau mengakomodasi keadan yng riil di pesantren. Harus ada toleransi dalam menyikapi kesenjangan itu secara wajar tanpa menggundang konflik.

 B.  Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme Pesantren
Pondok pesantren seringkali menerapkan pola manajemen yang berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, keiklasan, kesukarelaan yang biasa di kenal dengan istilah “lillahi ta’ala”.[12] Konsep tersebut menjiwai hamper semua aktifitas pada pondok pesantren namun konsep tersebut pada masalalu banyak memiliki kelemahan karena tidak diimbanggi dengan kemampuan manajemen modern tampak kurang beraturan dan kurang efisien.
Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebih akomodatif terhadap perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini. Oleh karena itu idealisme”lillahi ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan profesionalisme yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi yang ideal dan utuh yaitu  idealism-profesionalisme. Dengan kombinasi konsep manajemen yang ideal tersebut diharapkan akan tetap dapat mempertahankan eksistensi pondok pesantren di satu sisi, serta dapat menigkatkan daya kompetitif pesantren dalam era global di sisi lainya. Kombinasi tersebut dapat menghasilkan konsep manajemen pondok pesantren denggan karakteristik baru yang ideal. Selain itu juga dapat disebut sebagai Manajemen Berbasis Pondok Pesantren (MBPP). Dengan MPBB baru tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan karakteristik pondok pesantren yang efektif.[13]
Karakteristik MBPP baru tersebut dapat dianalisis dengan pendekatan system yaitu dari segi imput-proses-output. Hal itu didasari atas pemikiran bahwa pondok pesantren merupakan suatu sistem sehingga menguraikan karakteristik MBPP juga didasarkan pada proses output yang dapat menunjang perkembangan pondok pesantren secara keseluruhan.[14] Dimana karakteristik tersebut ditandai dengan adanya pondok pesantren yang didasarkan pada input maupun ouput yang ada.[15] Uraian berikut dimulai dari output dan di akhiri dengan imput mengingat output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangakan proses memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari pada output, dan input memiliki tingkatan kepentinggan dua tingkat lebih rendah dari pada output. 
1.  Output yang diharapkan
Output pondok pesantren harus memiliki prestasi pondik pesantren yang dihasilkan oleh proses pendidikan dan pembelajaran serta manajemen di pondok pesantren.
Output pondok pesantren dikelompokan menjadi empat macam:
a.     Output berupa prestasi penggetahuan akademik keagamaan.
b.     Output berupa prestasi penggetahuan akademik umum.
c.     Output berupa prestasi keterampilan  atau kecakapan hidup.
d.    Output berupa prestasi dalam bidang non akademik.
2.  Input podok pesantren
Karakteristik dari pondok pesantren yang efektif diantaranya adalah memiliki input dengan karakteristik sebagai berikut.
a.          Adanya kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.
b.          Sumber daya tersrdia dan siap.
c.         Staf yang kopeten, berdedikasi tinggi dan berakhlakul karimah.
d.        Memiliki harapan prestasi yang tinggi.
e.         Focus pada pelanggan khususnya para santri.
f.          Adanya imput manajemen yang memadai untuk menjalankan roda pondok pesantren.







C.   Pengelolaan  Sistem dalam Pendidikan Pesantren
Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan pondok pesantren dalam hubunganya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincanggan kepesantrenan kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:
1.   Potensi pendidikan.
2.   Penggembangan masyarakat.
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem pendidikan pondok pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan Sunan Ampel. [16]Terkait denggan sistem pengelolaan pondok pesantren dalam interaksinya denggan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi, kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah satu bentuknya adalah pengelolaan pondok pesantren formal sekolahan mulai tingkat SD, sampai perguruan tinggi, di lingkungan pesantren dengan menawarkan perpaduan kurikulum keagamaan dan umum sertaperangkat keterampila yang dirancang secara systematic dan itegralistik.
Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrsah Aliyah Program Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan pesantrenpun cukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab ada semacam jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam kehidupan sosial. Dan pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat diharapkan menjadi penopong berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia yang ditandai banyak sekarang pesantren yang ada pendidikannya berupa formal dan tentunya non formal juga.[17]
Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem pendidikanya denggan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada sistem pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan materi kitab-kitab kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern. Modifikasi pendidikan pesantren semacam ini telah di eksperimentasikan oleh beberapa pondok pesantren seperti Darussalam (GONTOR),pesantren As-salam (Pabelan-Surakarta), pesantren Darun Najah (Jakarta), dan pesantren al-Amin (Madura).[18]
Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah garapan, masih banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan konvensional denggan membatasi diri pada penggajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral keagamaan semata.[19]
Pesantren model pure klasik atau salafi ini memang unggul dalam melahirkan santri yang memiliki kesalehan, kemandirian, dan penguasaan terhadap ilmu-ilmu ke-Islaman. Kelemahanya, out put pendidikan pure salaf kurang kompetitif dalam percaturan persaingan kehidupan modern. Padahal tuntutan kehidupan global menghendaki kualitas sumberdaya manusia terdidik dan keahlian di dalam bidangnya. Realitas out put pesantren yang memiliki sumber daya manusia kurang kompetotif inilah yang kerap menjadikannya termaginalisasi dan kalah bersaing dengan out put pendidikan formal baik agama maupun umum.
Penyebaran yang luas dengan keaneragaman karakteristik yang dimiliki pesantren saat ini di semua wilayah Indonesia menjadi potensi luar biasa dalam percepatan pembanggunan di daerah-daerah. Jika upaya maksimal ini dilakukan oleh pemerintah secara tepat bukan tidak mungkin kedepan bukan tidak mungkin akan menjadi lahan subur penyemaian bibit-bibit unggul manusia Indonesia. Jika melihat keadaan ini tampaknya akselerasi pendidikan dan pengelolaan  masyarakat di pesantren optomis bisa berjalan, namun bagaimanapun program-program ini tergantung pada penerimaan kyai di pesantren sendiri, maupun pengurus pesantren sebab pesantren memiliki kemandirian (otonomi) yang relative besar juga memiliki basis konstituen yang relative solid di mayarakat dan sumberdaya lokal yang kuat.[20]
Sehingga intervensi dari luar akan cenderung kurang efektif. Hal ini menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus menerus mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan scara drastis. Oleh sebab itu pelibatan pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa ditanggani secara serampangan, apalagi karitatif dan birokatik tugas Departemen Agama yang mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu sendiri.
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan denggan pengelolaan keuanggan pesantren. Dalam pengelolaan keuangan akan menimbulkan permasalahan yang serius apabila pengelolaanya tidak baik[21]. Pengelolaan keuanggan pesantren yang baik sebenarnya merupakan upaya melindunggi personil pengelolaan pesantren (kyai, pengasuh, ustadz, atau pengelola pesantren lainya) dari pandangan yang kurang baik dari luar pesantren.[22] Selama ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren denggan harta milik individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan individu. Namun dalam rangka pelaksanaan manajemen yang baik sebaiknya diadakan pemilahan antara harta kekayaaan pesantren dengan harta milik individu, agar kelemahan dan kekurangan pesantren dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain, termasuk orang tua santri.
Pengertian pengelolaan keuangan sendiri adalah penggurusan dan pertanggung jawaban suatu lembaga terhadap penyandang dana baik individual maupun lembaga. Dalam penyusunan anggaran memuat pembagian penerimaan dan pengeluaran anggaran rutin dan anggaran pembanggunan serta anggaran incidental jika perlu. Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan sebagai berikut:[23]
1.     Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai denggan kebutuhan
2.    Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana dan program
3.    Terbuka dan transparan
4.    Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi dalam negeri sejauh hal ini di mungkinkan
Pesantren perlu dibentuk organisasi orang tua santri dengan membentuk komite pesantren yang dapat memberikan pertimbanggan dan membantu menggontrol kebijakan program pesantren termasuk penggaliaan dan penggunaan keuanggan pesantren.
Selanjutnya pihak pesantren bersama komite pesantren pada setiap tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan rencana anggaran pendapatan dan belanja pesantren (RAPBP) sebagai acuan bagi penggelola pesantren melaksanakan menejemen keuanggan yang baik hal-hal yang perlu di muat dalam RAPBP antara lain:
a.    Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun yang bersangkutan, meliputi:
1)   Konstribusi santri.
2)   Sumbanggan dari individu dan organisasi.
3)   Sumbanggan dari pemerintah bila ada.
4)   Dari hasil usaha.

b.  Rencana dalam satu tahun yang bersangkutan
Semua penggunaan uang pesantren dalam satu tahun anggaran perlu di rencanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik. Penggunaan uang pesantren tersebut menyangkut seluruh pengeluaran yang berkaitan denggan kebutuhan penggelolaan pesantren, temasuk dana operasional harian, penggembangan sarana dan prasarana pesantren, infaq semua petugas pesantren, dana kerja sama, dan bahkan dana praktis lain-lainya perlu di rencanakan denggan baik.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja pesantren adalah menerapkan prinsip anggaran berimbang artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus seimbang diupayakan  tidak terjadi anggaran pendapatan minus.
Dengan RAPBP yang berimbang maka kehidupan pesantren akan menjadi solid dan benar-benar kokoh dalam keuanggan yang akan menjadi kunci dari kemendirian bagi kehidupan pesantren. Bila hal ini tercapai, kredibilitas pesantren di mata masyarakat akan tinggi dan terpercaya. Melalui RAPBP juga maka sentralisasi penggelolaan keuanggan terfokus pada bendaharawan pesantre. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka mempermudah pertanggung jawaban keuanggan. Setiap penggunaan keuanggan perlu dilakukan melalui pengajuan keuanggan secara tertulis,dan sedapat mungkin hanya program-program yang termasuk dalam perencanaan keuangan saja yang di danai. Agar mudah pengawasanya.
Berkaitan denggan penggelolaan keuanggan ada hal-hal yang perlu di perhatikan oleh bendaharawan pesantren diantaranya:
a)        Pada setiap akhir tahun anggaran bendaharawan harus membuat laporan keunggan kepada komite pesantren untuk di cocokan dengan RAPBP.
b)        Laporan keuanggan harus di lampiri bukti-bukti penggeluaran yang ada, termasuk bukti penyetoran pajak (PPN dan PPh) bila ada.
c)        Kwitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan honorarium atau bantuan atau bukti penggeluaran yang lain yang sah.
d)       Neraca keuanggan juga harus di tunjukan untuk di periksa oleh tim bertanggung jawaban keuanggan dari komite pesantren
Selain buku neraca keuanggan yang erat hubunganya denggan penggelolaan keuanggan ada juga beberapa buku lain yang juga penting bagi bendaharawan pesantren:[24]
1.      Buku kas umum
2.      Buku persekot atau uang muka
3.      Daftar potongan-potongan
4.      Daftar gaji
5.      Buku tabunggan
6.      Buku iuran
7.      Buku catatan lain yang tidak termasuk diatas, seperti catatan penggeluaran incidental.
Pesantren sebagai lembaga yang semestinya menjaga akuntabilitas publik selayaknya jika mulai memperbaiki manajemen atau penggelolaan keuanggan secara baik dan bertanggung jawab.
 D.  Unsur-unsur Urgensi Pengelolaan Pesantren
Pengelolaan pondok pesantren harus secara luas bersadarkan unsur-unsur penting sebagai berikut:[25]
1.      Misi pesantren yang sesuai dengan filosofis pendidikan Islam.
2.      Struktur organisasi fungsional pesantren.
3.      Kemitraan dan pelayanan yang baik.
4.      Perencanaan dan pengembangan pesantren.
5.      Pengelolaan dan supervisi SDM.
6.      Dinamika dalam menjalankan strategi pembelajaran.
7.      Penguatan kurikulum praktis.
8.      Pengelolaan Sumber Daya Belajar secara efisien.
9.      Pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas pesantren.
10.  Sistem evaluasi dan pertanggungjawaban.
 E.  Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren
1.    Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren
Pada awalnya adalah hanya pengajaran yang simpel tidak ada kurikulum tidak seperti sekarang ini. Sebenarnya pembelajaran yang diberikan dalam pondok pesantren sudah menggunakan kurikulum tertentu yang lama yaitu sistem pengajaran tuntas kitab, dalam hal ini kyai bebas untuk membacakan kitabnya.[26]
2.      Sistem Pengajaran
Sistem pengajaran dapat diartikan sebagai cara uyang diperguanakan untuk menyampaikan tujuan. Pondok pesantren secara agak seragam menerapkan sistem pengajaran yang sering kita kenal yaitu: sorogan, bandungan, hafalan dan masih banyak lainnya. Akan tetapi konsep keilmuan lebih menekankan pada rasionalitas seperti yang menjadi dasar pendidikan modern.[27]
3.      Sistem Pembiayaan
Pondok pesantren sebagai lembaga non formal juga sebagai lembaga sosial keagamaan. Dan perjalanannya, pembiayaan dalam bidang pendidikan pesantren bisa didapat dari imbal swadya pemerintah, yaitu Depag, Link Depag, Instansi Daerah maupun dari lainnya. Karena kepedulian pesantren ini dilandasi dengan keikutansertaan pemerintah dalam memajukan pondok pesantren dengan karakternya yang khas.


 F.  Peran Pesantren dalam Proses Pembangunan Sosial
Perspektif historis pesantren pada posisi yang cukup istimewa dalam khasanah perkembanggan sosial budaya masyarakat Indonesia. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menempatkan pesantren sebagai subkultur tersendiri didalam masyarakat Indonesia. Dan asal-usul historis sistem pondok pesantren ini tidak bisa lepas begitu saja dengan persoalan kedatangan Islam ke wilayah nusantara.[28] Menurutnya lima ribu buah pondok pesantren yang tersebar di enam puluh delapan ribu desa merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan sebagai sebuah subkultur.
Selaras denggan pandanggan pembangunan sebagai proses pembanggunan sosial, Ginanjar Kartasasmita menggemukakan. Bahwa hakekat pembanggunan itu tiada lain merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan  kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta menggembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan Negara yang maju dan demokratis berdasarkan pancasila. Pembanggunan nasional diarahkan untuk mencapai kemajuan, dan kesejahteraan lahir batin, termasuk terpenuhnya rasa aman, tentram, dan penuh keadilan.
Dalam konteks ini praktek pembanggunan sosial itu bukan saja menjadi milik dan tanggung jawab institusi pemerintahan, melainkan bertanggung jawab bersama antara pemerintahan dan masyarakat. Hanya saja keberadaan pesantren tidak memiliki kewenanggan langsung untuk merumuskan aturan sehingga peranya dapat di kategorikan kedalam apa yang di kenal dengan partisipasi. Dalam hal ini, pesantren melalui kiai dan santri didiknya cukup potensial untuk menggerakkan masyarakat secara umum. Sebab, bagaimanapun keberadaan kiai sebagai elite sosial dan agama menepati posisi dan peran sentral dalam struktur sosial masyarakat Indonesia.[29]
Salah satu sektor penting dalam pembanggunan sosial yang mendapatkan perhatian khusus hampir pada setiap proses pelaksanaan pembanggunan adalah aspek pendidikan. Bidang pendidikan itu sendiri telah menjadi pilar utama menyangga keberhasilan pelaksanaan pembnggunan sosial. Hampir bisa dipastikan bagi suatu daerah yang masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat keberhasilan pembanggunan yang cukup tinggi bila di bandingkan dengggan daerah yang rata-rata tingkat pendidikanya masih relative rendah.
Terkait denggan pembanggunan di bidang pendidikan, pesantren dalam praktisnya sudah memainkan peran penting dalam setiap proses pelaksanaan kegiatan trsebut. Para kiai atau ulama yang selama ini menjadi figuran dalam masyarakat Indonesia dan bukan sekedar sosok yang dikenal sebagai guru, senantiasa peduli denggan lingkungan sosial masyarakat di sekitarnya. Merekabiasanya memiliki komitmen tersendiri untuk turut melakukan gerakan transformasi sosial melalui pendekatan keagamaan.
Pada esensinya dakwah yang di lakukan kiai sebagai medium transformasi sosial melalui pendekatan keagamaan. Pada esensinya dakwah yang dilakukan kiai sebagai medium transformasi sosial keagamaan itu di orientasikan kepada pemberdayaaan salah satunya aspek kongnitif masyarakat. Pendirian lembaga pendidikan. Pondok pesantren yang menjadi ciri khas dari gerakan transformasi sosial keagamaan para ulama menandakan peran penting mereka dalam peran pembanggunan sosial secara umum melalui media pendidikan. Munculnya tokoh-tokoh informal berbasis pesantren yang sanggat berperan besar dalam menggerakkan dinamika kehidupan sosial masyarakat desa misalnya, tidak bisa dilepaskan dari jasa dan peran besar kiai atau ulama. Demikian pula lahirnya berbagai pendidikan modern yang cukup pesat dewasa ini secara geneologis tidak bisa di lepaskan pula dari akarnya yakni pendidikan pesantren .


















BAB III
HASIL OBSERVASI
A.    Sejarah Pondok Pesantren Tidar Kota Magelang
Pondok Pesantren  adalah sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan Agama Islam yang sudah tumbuh dan berkembang di tengah-tengah tradisi bangsa Indonesia. Pondok Pesantren  merupakan suatu benteng pertahanan yang memiliki peranan penting bagi perjuangan kemerdekaan bangsa. Demikian juga Pondok Pesantren TIDAR ini berdiri atas cita-cita dari sang Pendiri KH. Musyarofi Zarkasyi yang diawali dengan mendirikan PMT ( Pengajian Mengaji Tidar ) di Kampung Malangan Kel. Tidar kec. Magelang Selatan Kota Magelang pada tahun 1980 M , setelah di Malangan berjalan dengan baik maka KH. Musyarofi mengembangkan sayap perjuangannya  menegakkan kalimah Alloh dalam dunia pendidikan adalah dengan mengajar di kampung Tidar Dudan  sebagaimana cita-cita beliau semasa nyantri di Pondok Pabelan Kabupaten Magelang, walaupun di kampung Tidar Dudan ini untuk mewujudkan cita-cita beliau tidaklah  mudah namun dengan niat dalam hati dan tekad yang sangat kuat juga dengan mempunyai 2 prinsip : pertama berani memulai yang kedua adalah mencintai pekerjaan tersebut. maka terwujudlah cita-cita beliau untuk mendirikan Pondok Pesantren TIDAR yang dideklarasikan pada hari Senin tanggal 12 Desember 1983 M, mulai saat itulah Bpk Kyai H. Musyarofi membulatkan tekat dan mengerahkan seluruh fikiran serta tenaga untuk memajukan Pondok Pesantren TIDAR dan mempunyai prinsip dalam berjuang Bondo Bahu Pikir Lek Perlu Saknyawane Pisan, dengan mengkaderkan generasi pertama yang telah menempuh pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Gontor  dan  telah menamatka pendidikannya yaitu :
1.                  Al-Ustadz Bahrudin
2.                  Al-Ustadz Muhammad Dzaky Zamani
3.                  Al-Ustadzah Lana Rahmawati Al-Khusna
Disamping menunjuk beberapa kader Pondok  Bpk Kyai H. Musyarofi juga memperluas lahan yang akan dipergunakan untuk pengembangan Pondok. Diawali dengan membangun Masjid Al-Kautsar dan mewakafkanya kepada umat Islam, menggalih fungsikan dapur untuk didirikan bangunan dirikannya lembaga Pendidikan Taman kanak-kanak yang di beri nama TK BA Al-Kautsar Pada tanggal 1 Agustus 1990, pendirian asrama dan kelas lantai 2 dilahan yang sudah diwakafkan, keinginan untuk terus mengembangkan lahan pondokpun di lanjutkan dengan mewakafkan kembali lahan yang sekarang dipakai asrama putra dan mengadakan tukar guling tanah pribadi dengan tanah pemerintah (sampai sekarang proses belum selesai), dan juga menyelenggarakan lahan-lahan milik pribadi untuk digunakan sebagai unit-unit usaha Pondok yang diharapkan hasilnya bisa mencukupi kebutuhan Pondok.
Selain aktif mengajar dan mengasuh santri KH Musyarofi juga aktif dalam kegiatan da`wah bersama anggota ICMI khususnya berda`wah di daerah dan masyarakat minoritas muslim yang sangat membutuhkan bimbingan dan dan arahan beliau, seperti di daerah Kenalan dan sekitarnya di kecamatan  Pakis, Pasar Telo Samban, dan beberapa daerah di kecamatan Candimulyo, Sawangan dan masih banyak yang lainnya. Daerah dan masyarakat  yang dahulu dibina oleh KH Musyarofi saat ini diteruskan oleh kader-kader pondok dengan kegiatan yang bermacam-macam dan diberi sebutan Daerah-Daerah Binaan Pondok.
Semasa hidup KH Musyarofi merupakan sosok yang mempunyai semangat yang besar untuk mengadakan perubahan (ishlah)  khususnya di daerah Magelang maka timbulah keinginan untuk mengabdikan dirinya dan harta bendanya dalam medan dakwah dan perjuangan, sampai beliau berkata “Aku siap menjadi Orang termiskin di Dunia” aku malu kalau rumahku lebih baik dari tempat tinggal santri-santriku”, kalimat tersebut terucap dengan penuh kesadaran dan pemahaman tentang beratnya halangan dan rintangan yang harus dihadapi dalam perjuangan dan da`wah.
Setelah KH Musyarofi wafat pada tanggal 29 Desember 2009 maka kepemimpinan diamanatkan kepada Hj Mulyati Musyarofi dimana pondok berada pada masa transisi, sehingga banyak permasalahan timbul di dalam pondok, baik dari segi ekonomi, kepemimpinan, pengajaran, kepengurusan banyak terjadi kekurang harmonisan, akan tetapi dengan semangat dan cita-cita yang sama dan juga wasiat KH Musyarofi “Kalau pimpinan pondok Mati Pondok jangan sampai Mati” akhirnya masalah-masalah tersebut bisa terlewati.
Selama kepemimpinan Nyai Hj Mulyati  bertambah kader-kader pondok yang menyatakan siap membantu pondok dan dikirim ke beberapa pondok untuk menggali ilmu yang lebih dalam, diantaranya :
1. Askar Nikmattadi             : Pondok Gontor 5 Banyuwangi
2. Maftukhanul Karim                       : Pondok Wirausaha Al Isti`faf Mranggen Demak
 Pada masa ini juga pondok mengadakan revitalisasi pengurus yayasan Pondok Tidar, yang dulunya pengurus yayasan belum berfungsi maksimal dan hanya berfungsi sebagai pengawas sekarang berfungsi sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Pada tahun 2010 kader pondok dan juga Putra KH Musyarofi Zarkasyi telah menamatkan program S 1 di IIU Islamabad Pakistan setelah belajar kurang lebih 4,5 tahun. Dengan kepulangan kader tersebut maka pondok mengadakan perubahan struktur dan kepengurusanya.
Maka mulai 15 Romadhon 1431 ditambahlah pimpinan pondok menjadi 3 orang yaitu :
1.  Nyai Hj Mulyati Musyarofi Zarkasyi
2.  Al Ustadz Bahrudin
3.  Al Ustadz Muhammad Dzaky Zamani, B.A (Hons)
Sampai pada masa ini pondok sudah memiliki  5 jenjang pendidikan dan 5 unit usaha, yaitu
a)                  Jenjang Pendidikan:
1.                  BA. Al-Kautsar
2.                  Wajat Dikdas Tingkat ULA
3.                  Wajar Dikdas Tingkat WUSTHO
4.                  MADIN AL-Kautsar
5.                  KMI (Kulliyatul Mu’allimi Al-Islami)
b)                  Unit Usaha:
1.                  Koperasi
2.                  Pokdakan
3.                  Out Bound
4.                  LP3 P2HP
5.                  Pembangunan
Kegiatan di Pondok Pesantren TIDAR tidak hanya dalam pengajaran saja, tapi juga pendidikan. Karena pengajaran dan pendidikan bagaikan koin yang mempunyai 2 wajah tetapi tidak bisa dipisahkan. Pendidikan ini dapat lebih mempengaruhi dalam kehidupan santri sedangkan pengajaran di dalam kelas dapat membentuk kerangka berfikir santri dalam menghadapi ilmu-ilmu yang dipelajarinya.

B.     Profil Pondok Pesantren Tidar Magelang.
1.      Visi dan Misi
a.       Visi Ponpes Tidar
“Terwujudnya pendidikan keislaman yang bekualitas sehingga mampu menjadi salahsatu lembaga pendidikan yang maju dan modern dalam disiplin ilmu keagamaan dan ilmu umum”.
b.      Misi Ponpes Tidar
1.      Tersedianya pendidik dan pengajar muslim yang kompeten.
2.      Terwujudnya sarana dan prasarana pondok modern yang memadai.
3.      Terwujudnya konsistensi disiplin pondok yang telah disepakati.
4.      Terwujudnya pengamalan motto dan panca jiwa pondok modern.

2.      Rounded Rectangle: Direktur Pondok
KH. BAHRUDIN
Struktur Organisasi



Rounded Rectangle: Div. Pengasuhan
Ust. M. Dzaky. Z, BA.Hons


Rounded Rectangle: Div.  Ekonomi 
Hj. Mulyati Musyarofi


Rounded Rectangle: Div. Pengajaran
Ust. Bahrudin


 

Rounded Rectangle: Bendahara
1. Siti Indrati, S.EI
2. Hidayatun Na’imah
Rounded Rectangle: Sekretaris 
I. Munawaroh
II. Asti Anjar Sari
 





Staf pengajaran
1.      Askar Nikmat Tadi
2.      Lindha Kurniawati


Kepala lembaga pendidikan :
KEPALA  TK/BA AL KAUTSAR
1.      Siti Indrati S.EI
KEPALA TPQ/MADIN AL KAUTSAR
1.      Muhammad Dzaky Zamani,BA (Hons)
KEPALA WAJAR DIKDAS ULA
1.      Sudewi Korawati
KEPALA WAJAR DIKDAS WUSTHA dan KMI
1.      Nur Habib El Rahman, S.Ag
BAGIAN PERPUSTAKAAN
Hidayatun Na’imah


Staf pengasuhan
1.      Nur Hidayah
2.      Anisa Nurin Ni’mah


Sie :
1.      Kegiatan
2.      Keamanan
3.      OSPT
4.      PRAMUKA
5.      BAHASA
6.      MAHKAMAH LOGOH


UNIT USAHA
KEWIRAUSAHAAN
1.  Koperasi
2.      Pokdakan
3.      Out Bound
4.      LP3 P2HP
5.      Pembangunan








3.      Kegiatan-kegiatan Pondok Pesantren TIDAR
Kegiatan Harian
No
Waktu
Kegiatan
ket

Harian
1
04.00-05.15

05.15-05.45
05.45-07.00
07.00-12.00
12.00-14.00           
14.00-15.00
15.00-16.00
17.00-15.50
17.00-17.30
17.30-19.00

19.00-20.00           
20.00-21.30
21.30-04.00
Sholat Subuh, mengaji pagi
Pemberian kosa kata
Olahraga, mencuci pakaian, makan pagi, persiapan masuk kelas
Masuk Kelas  (Sholat dhuha)
Sholat dzuhur, kultum, makan siang, persiapan pelajaran sore
Masuk pelajaran sore
Sholat Ashar, mengaji sore
TPQ, olahraga, ekstrakurikuler
Persiapan sholat maghrib
Mengaji di masjid, sholat maghrib berjamaah, mengaji bersama ustadz

Sholat Isya, Makan malam, persiapan belajar malam
Belajar malam
Istirahat malam

2
Mingguan ekstrakurikuler

·         Pramuka untuk melatih santri dalam membentuk karakter dan kemandirian serta mempersiapkan santri dalam mengikuti JAMBORE tingkat Daerah dan Nasional yang di selenggarakan pemerintah setiap 3 tahun sekali.
·         Muhadhoroh ( Latihan pidato)
Latihan pidato dengan 3 bahasa yaiti Bhs. Arab, Bhs. Inggris, dan Bhs. Indonesia. Dengan adanya latihan pidatio bertujuan untuk melatih mental dalam terjun kemasyarakat nantinya dan untuk mencetak generasi muda yang cerdas dalam berbahasa.

·         Istirham      : Malam Jumat Pon (Mujahadah)
                           Malam Jumat Kliwon (Khataman)
                Malam Jumat Pahing (Barzanji)
                         Malam Jumat Legi  ( Kahfian)
·         Pengembangan Bhs Arab Dan Inggris : Tiap 2 Minggu Sekali
·         Panahan adalah club olahraga panahan “PESOPATI” yang berdiri sejak tahun 2009 di Pondok Pesantren TIDAR, pada tahun 2013 kami mengirimkan atlit panahan ke PORPROV di Banyumas dan berhasil merebut medali perak untuk ronde beregu Tradisional Putri.
·         Menjahit dan Ketrampila adalah untuk mencetak santri yang terampil dalam memanfaatkan barang yang ada di lingkunga Pondok dan Masyarakat.
·         Tahfidzul Qur’an
·         Pelajaran Salafiyah adalah untuk menambah pengetahuan santri dalam Ilmu Agama dan untuk mengethui kitab-kitab kuning.

3
                                       Tahunan

1.      Khutbatu-l Arsy Syawwal, Dzulqa’dah untuk memperkenalkan Pondok Pesantren TIDAR kepada santri baru
2.      Idul Adha
3.      Pentas Seni 1 Muharram untuk mengasah kreativitas santri
4.      Perkemahan Santri Tpq Dan Madin untuk menjalin tali silaturrahim antar tpq dan Madin se- Magelang
5.      Pospeda tiap Tri Tahunan
6.      Jamda Dan Jamnas Per Tri Tahunan
7.      Kegiatan Ramadhan :
a.       Musyawarah Kerja Guru :
-          Sidang Kurikulum
-          Sidang Laporan Pertanggung Jawaban
-          Sidang Program Kerja Dan Anggaran
b.      Bina Masyarakat
c.       Buka Bersama : Di Masjid Kenalan Dan Pondok Pesantren Tidar.

           
C.    Manajemen dan Pengembangan Pondok Pesantren Tidar
a.       Kepemimpinan
Pondok pesantren tidar dalam pembagian kebijakan dan programnya dibagi menjadi 3 bagian yakni, perekonomian, pendidikan dan pengajaran. Maka dalam kepemimpinan pondok pesantren tidar ini menetapkan pula menjadi tiga bagian Didalam kepemimpinan pondok pesantren TIDAR, agar dalam mengatur, mengelola, melaksanakan kebijakan dan program tersebut bisa dilakukan dengan efektif dan terarah yang menjadi suatu kefokusan kebijakan dalam pengelolaannya di dalam kepemimpinannya.
1.      Pengelolaan dalam perekonomian
Pemulihan kembali pembangunan dengan menggerakan ekonomi Pondok Pesanten TIDAR  dengan melakukan pengembangan usaha kecil dan menengah, menciptakan lapangan kerja, untuk meningkatkan potensi dari para santri, pengajar dan masyarakat..
Dengan memperluas atau menciptakan lapangan kerja baru di Pondok Pesantren TIDAR dapat meningkatkan kesejahteraan santri, pengajar dan masyarakat. Maka berorientasi pada sektor peternakan, pertanian, perikanan, dan  usaha kecil lainnya, dan akan dikelola secara profesional sehingga bisa meningkatkan produktifitasnya. Usaha tersebut merupakan sebuah usaha alternatif yang memiliki prospek usaha yang cerah dan cocok untuk dikembangkan di perkotaan juga. Hal ini bisa dirasakan dengan semakin banyaknya konsumen akan kebutuhan barang – barang dari hasil tersebut diatas.
Berdasarkan hal tersebut diatas, Pondok Pesantren TIDAR melelui strategi pemberdayaan santri dan pengajar juga masyarakat berusaha mewujudkan  kemandirian santri dan pengajar. pengelolaan dalam perekonomian pondok pesantre tidar didalamnya terdapat beberapa lembaga kewirausahaanya sebagai berikut :
-          Koperasi
Menjalankan program simpan pinjam pondok sekaligus untuk memutar ulang semua sumberdaya pondok dari seluruh warga pondok, mulai dari pimpinan asatid, karyawan, santri, lembaga kewirausahaan dan lain lain.
-          Pokdakan
Berjalan dibidang pertanian dan perikanan yang menjadikan sebagai sumberdaya pondok meliputi; tanaman jahe merah, kebon jati, distributor bawang merah, cabe, dan kelapa. Adapun dalam perikanan yaitu pembibitan ikan gurami, ikan lele dan akan bawal.
-          Out Bound
Berjalan dibidang jasa fasilitator outbound dari berbagai institusi, mulai dari lembaga pendidikan (PAUD, TK, SD) hingga karyawan instansi-instansi.
-          LP3 P2HP
Berjalan pada bidang pabrik tahu dan ceriping singkong yang menjadikan sebgai sumberdaya pondok.
-          Pembangunan
Berjalan dibidang pembuatan paving blok dan batako yang menjadikan sebagai sumberdaya pondok untuk membantu dalam proses pembangunan pondok



2.      Bidang pendidikan dan pengajaran
Pada hakekatnya pondok TIDAR merupakan sebuah lembaga pendidikan pesantren, meskipun banyak orang menyebutnya “Modern”.Modern dengan penerapan sistem pendidikannya dengan tetap berjiwa pesantren. Berbeda dengan sekolah biasa pada umumnya, ia merupakan lembaga pendidikan yang menjadikan Kiyai sebagai sentral figur, dan masjid sebagai pusat kegiatannya.
Mengapa dinamakan Modern? Meskipun banyak orang yang mengatakan bahwa kata modern merupakan ekspresi masyarakat pada masa itu, namun yang jelas  memang telah modern sejak awal berdirinya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya:
1.    Sistem, Metodologi dan Tujuan
2.    Memiliki Panca Jangka, Panca Jiwa
3.    Sikap, Nilai-nilai, dan disiplin
          Pondok TIDAR telah menggunakan sistem klasikal (belajar dalam ruangan kelas), dimana ada guru, murid, materi pengajaran, metode mengajar, sistem belajar, evaluasi, dll. Berbeda dengan sistem pengajaran di lingkungan pesantren pada zaman itu yang lebih menerapkan metode sorogan. Di sisi lain, guru pada saat itu memakai dasi, jas, dan santri memakai kemeja dan celana panjang, berbeda dengan kondisi pesantren di masa itu yang dominan memakai pakaian adat dan budaya tradisional. Hingga sekarang, ekspresi masyarakat akan kata modern terus melekat mengikuti nama pondok.
Adapun sistem pendidikan yang diterapkan Pondok Pesantren TIDAR  lebih berprinsip pada pendidikan mental dan multi system. Maka seluruh totalitas kehidupan santri dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan adalah pendidikan, dengan berpijak pada nilai, ruh, dan kultur yang tercermin dalam dinamika kehidupan para santri.
Pendidikan tersebut memiliki orientasi kemasyarakatan yang tercermin dalam panca jiwa dan filsafat hidup para santrinya. Sebagai pondok pesantren, pondok TIDAR memiliki jiwa yang lebih dikenal dengan Panca Jiwa, dimana seluruh aktivitas dan kegiatan santri dijiwai oleh Panca Jiwa, yaitu: Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhwah Islamiyah dan Kebebasan (dalam bingkai Islam). Adapun filsafat hidup pondok seperti, Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan, Berjasalah tapi jangan minta jasa, TIDAR berdiri di atas dan untuk semua golongan, Siap dipimpin dan siap memimpin, Patah tumbuh hilang berganti, dll.
Dalam mengembangkan pondoknya, TIDAR memiliki lima jangka panjang yang dikenal dengan Panca Jangka, yaitu; Pendidikan dan Pengajaran, Perluasan tanah wakaf, Pembangunan Sarana dan prasarana, Kaderisasi, dan Kesejahteraan Guru dan santri. Adapun santri dan guru dalam kehidupan sehari-harinya memiliki motto yang disebut dengan Motto Pondok Modern, yaitu: Berbudi tinggi, Berbadan sehat, Berpengetahuan luas dan Berfikiran bebas (dalam bingkai Islam).
Disisi lain ada beberapa sistem yang diterapkan Pondok TIDAR dalam menjalankan pendidikan dan pengajaran, diantaranya:
1.   Sistem Asrama
Sistem asrama merupakan sistem dimana santri tinggal di dalam asrama selama 24 jam dengan semua kegiatan dan rutinitas yang ada. Dengan sistem tersebut diharapkan terciptanya sebuah dinamika kehidupan santri yang merefleksikan nilai-nilai islam dalam proses pendidikan dan suasana kehidupan dalam asrama.
2.   Sistem Kelompok (Club, Komunitas)
Yaitu sistem yang dibentuk dimana santri melakukan aktivitas tertentu dalam kapasitas kelompok. Seperti kelompok olahraga, kesenian keterampilan, keilmuan, kepramukaan, dll. Sistem ini sengaja diciptakan guna memacu daya saing antar santri dan kelompok, serta menjadi wadah  bagi masing-masing bidang yang digemari oleh santri itu sendiri.
3.  Penugasan
Salah satu bentuk metode pendidikan ponpes tidar adalah penugasan. Dalam hal ini, selain tugas belajar, santri juga menjalankan roda organisasi sanrti yang dikenal dengan Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM). Organisasi tersebut memiliki beberapa bagian, diantaranya Koperasi Pelajar, Kantin, Koperasi dapur, Bagian Kesehatan, Bagian Keamanan, Bagian Kesenian, Bagian Olahraga, dll.
Selain OPPM yang kepengurusannya diamanatkan kepada Santri kelas 6, Banyak juga wadah organisasi yang dijalankan oleh santri, diantaranya organisasi di dalam Gerakan Pramuka, Kelompok olahraga, Kursus bahasa, Konsulat, Kelas, Asrama, dll. Roda keorganisasian ini terus berganti setiap tahunnya, dengan demikian ponpes Tidar telah mengajarkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab kepada santri-santrinya melalui penugasan.
4.   Disiplin, nilai dan sunnah pondok
Sebagai sebuah lembaga pendidikan pesantren, ponpes tidar memiliki disiplin, nilai dan sunnah pondok yang wajib dilaksanakan oleh pimpinan, guru, santri dan seluruh warga pondok. Dalam hal ini disiplin, nilai dan sunnah semuanya diciptakan dari santri, oleh santri dan untuk santri. Ketiga hal tersebut senantiasa bertambah sesuai situasi dan kondisi dengan melihat kemaslahatan yang berkaitan.
















D.    Sistem Pelaksanaan dan Aplikasi Standar Isi
Standar Isi Pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Tidar
1.     Standar Isi
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.
Adapun standar isi, materi yang ada di Pondok Pesantren Tidar dalam bidang kurikulumnya memiliki 3 pokok utama yaitu aspek aqliyah, aspek khuluqiyah, dan aspek jasmaniyah yang diuraikan dalam bentuk mata pelajaran.
2.      Standar Proses
Proses pembelajaran dipondok Tidar diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,  memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan pada santri yang menjadi figur utama dalam percontohannya.
Pondok pesantren tidar juga didalam pembelajarannya melibatkan secara penuh dengan keikut sertaannya dalam pembelajaran materinya, pun demikian santri dalam pembelajarannya tidak hanya di ruangan kelas namun menyatu dengan alam seperti di taman, kebun, makam dan tempat lainnya.
3.         Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan  pondok pesantren tidar memiliki banyak tingkatan berdasarkan lembaga pendidikan di Pesantren Tidar mulai dari  WAJARDIKDAS ula  sampai WAJARDIKDAS wustho memiliki kemampuan Dirasah islamiyah, mampu berbahasa arab. Sedangkan lembaga pendidikan kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah (KMI) selain daripada kompotensi lulusan Wajardikdas ula dan wustho santri KMI mampu menjadi guru, guru disegala bidang. 


4.  Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Pendidik di Pon-Pes Tidar memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan dari pada pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan dan kesepakatan pihak pondok yang dinyatakan secara tertulis terbukti didalam keahliannya juga sesuai ketetuan yang berlaku dalam perundang-undangan. Kompetensi sebagai agen pembelajaran  di Pon-Pes Tidar meliputi :
·         Kompetensi pedagogik
·         Kompetensi kepribadian
·         Kompetensi profesional
·         Kompetensi sosial.
Pendidik meliputi pendidik pada TK Bustanul athf, Al-kausar, TK AL-qur’an al-kausar, TPQ Al-Kausar, TQQA AL-Kausar, KMI,   satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan.
Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,  teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan karyawan.
5.  Standar Sarana dan Prasarana
         Pondok Pesantren Tidar memiliki sarana prasaran masjid, rumah pengasuh, kantor adm inistrasi, gedung kelas, gedung asrama santri putra dan putri, rumah asatidz, tempat wirausaha, lapangan, perpustakaan, dapur, dan aula. Sarana prasarana Pondok Tidar masih dibawah batas minimal standar sarana perasarana standar Nasional, karena masih dalam tahap perkembangan.
 6.   Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan  Pondok Tidar memiliki dua macam pengelolaan, pertama pengelolaan oleh Pondok Tidar , yang kedua oleh pemerintah. Adapun yang dikelolah oleh Pondok Tidar yakni pada TK Bustanul Athfal, Al-kausar, TK AL-qur’an al-kausar, TPQ Al-Kausar, TQQA AL-Kausar, KMI, adapun yang dikelolah oleh pihak pemerintah, lembaga pendidikanya yaitu WAJARDIKDAS ula (paket A) dan WAJARDIKDAS Wustho (Paket B)
7.     Standar Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan Pondok Pesntren Tidar, yang menjadi sumber daya utama sebagi pembangunan, pengembangan, dan pertumbuhan Pondok didapat dari berbagi sumber. Yaitu: Waqaf (Tanah, gedung), dari infentasi usaha kewirausahaan Pondok Pesanteren Tidar, dari infaq (Wali santri, para donatur, dan hambah Allah) dan beberapa bantuan seperti BOS, KIP, dan lembaga JIZ.
8.  Standar Penilaian Pendidikan         
Penilaian pendidikan di Pondok Pesantrean Tidar
·         Ulangan Umum
·         UTS
·         UAS (Safari dan syafahwi)
·         Ujian Nihai (Ujian lisan, tulisan, qira’atul qutub, safari , syafahwi, dan amaliyah tadris)
Semua ujian diatas tidak terlepas dari ujian tes dan lisan. Adapun materi yang diujikan sebagai bahan penilaian meliputi tiga pokok utama materi yaitu aqliyah, khuluqiyah, dan jasmaniyah.







BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sistem pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren.  Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebih akomodatif terhadap perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini. Oleh karena itu idealisme”lillahi ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan profesionalisme yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi yang ideal dan utuh yaitu  idealism-profesionalisme.
Menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada sistem pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan materi kitab-kitab kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern. Misi pesantren yang sesuai dengan filosofis pendidikan Islam dan yang sudah dijelaskan diatas. Pada esensinya dakwah yang di lakukan kiai sebagai medium transformasi sosial melalui pendekatan keagamaan. Pada esensinya dakwah yang dilakukan kiai sebagai medium transformasi sosial keagamaan itu di orientasikan kepada pemberdayaaan salah satunya aspek kongnitif masyarakat.
            Pondok pesantren Tidar yang masih dalam roda perkembangan yang memiliki keutamaan dan kekhasan dalam proses pengelolalaan dan manajemenya, terutama dalam bidang pendidikan dan pengajaranya dalm uraian materinya yang meliputi tiga pokok utama yang menjadi dasar kurikulum pondok yaitu aspek aqliyah, aspek huluqiyah, dan aspek jasmaniyah, yang menjadi keseluruhan materi.
            Pondok pesantren Tidar dalam pengelolaan dan manajemenya meliputi tiga pembagiaan tugas kebijakan yaitu :
a.       Bidang perekonomian
b.      Bidang pendidikan dan pengajaran
c.       Bidang pengasuahan

DAFTAR PUSTAKA

1)        Ainurrofiq Dawam dan Ahmad Ta’rifin, 2008, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, cet. 3. (Jakarta:PT. Lista Farika Putra).
2)        Dhofier, Zamakhsyari 2011, Tradisi Pesantren. cet. 8, ed. 8, (Jakarta; LPEES).
3)        Haedari, Amin dan Ishom El-Saha, 2008, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah.  (Jakarta:Diva Pustaka).
4)        Halim, A dkk, 2005, Manajemen Pesantren, cet. 1, (Yogyakarta:PT. LkiS Pelangi Aksara).
5)        _________Manajemen Pondok Pesantren….
6)        Jawwad, M. Abdul Menjadi Manajer Sukses, 2004, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani).
7)        Masyhud, M. Sulthon dan M. Khusnurridlo, 2003, Manajemen Pondok Pesantren, cet. 1, (Jakarta: Diva Pustaka).
8)        MU YAPPI, 2008, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren ,cet. 1(Jakarta: Media Nusantara).
9)        Sutabri, Tata  2005, Sistem Informasi Manajemen, cet. 1. Ed. 1 Perpustakaan Negara.
10)    Yacub, M, 2006, Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa, (Bandung:PT. Angkasa).


Makalah dapat diakses di :
http://ikhwanbaynaka.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar