KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun
panjatkan ke hadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya, penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini .
Makalah berjudul “Manajemen
Pengembagan Lembaga Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Tidar Kota Magelang “ ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen
Pengembangan Lembaga Pendidikan yang diampu oleh Bapak Afga Sidiq Rifai, M.Pd.I.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun tak lepas dari bantuan,
bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak yang tidak mungkin penyusun
sebutkan satu per satu .
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun demi tersusunnya
makalah yang sempurna. Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .......................................................................................................... 1
Daftar Isi 2
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang .............................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................ 4
BAB III : Kajian Teori
A. Pengertian Sistem Manajemen Pondok
Pesantren......................................... 5
B. Kombinasi Idealisme dan
Profesionalisme Pesantren.................................... 7
C. Pengelolaan Sistem Manajemen dalam
Pesantren.......................................... 9
D. Unsur-unsur Urgensi Pengelolaan
Pesantren ................................................. 13
E. Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren ................................................... 14
F. Peran Pesantren dalam Proses Pembangunan
Sosial ..................................... 14
BAB III : Hasil Observasi
A. Sejarah Berdiri ............................................................................................... 17
B. Profil Pondok Pesantren Tidar ...................................................................... 20
C. Manajemen Pengelolaan Pondok Pesantren Tidar ........................................ 24
D. Sistem Pelaksanan dan Standar Isi Pondok Pesantren Tidar ........................ 29
BAB IV : Penutup
A. Simpulan ........................................................................................................ 32
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 33
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Islam
merupakan komponen terpenting untuk membentuk dan mewarnai corak hidup
masyarakat. Pendidikan Islam sangat penting bagi ummat Islam karena dapat
mempelajari ilmu pengetahuan dan yang lainnya. Pendidikan Islam dikenal sejak
zaman Nabi sampai sekarang. Di Indonesia mengenal pendidikan Islam sejak Islam
datang ke Indonesia. Pendidikan ini memakai sistem sorogan/perorangan dan
berlangsung secara sangat sederhana serta tidak mengenal strata atau tingkatan
seperti pada pesantren dan kemudian berkembang dengan sistem kelas seperti pada
pendidikan madrasah.
Kalau kita berbicara tentang
pendidikan Islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan
lembaga-lembaga pendidikan karena suatu pendidikan pasti ada lembaga yang
membantu. Lembaga pendidikan Islam adalah wadah atau tempat berlangsungnya
proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan, dan itu
dimulai dari lingkungan keluarga. Seperti dalam firman Allah swt dalam QS.
At-Tahrim: 6, yaitu: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”.
Pada ayat ini diperintahkan untuk
memberi peringatan dan dakwah pada keluarga. Berdasarkan beberapa bentuk
lembaga pendidikan Islam tersebut, tampaknya sangat berperan dalam
penyelenggaraaan pendidikan Islam. Oleh karena itu kami akan membahas lebih
mendalam mengenai lembaga pendidikan Islam dalam makalah kami kali ini
Pendidikan
islam termasuk masalah sosial, sehingga dalam kelembagaannya tidak lepas dari
lembaga-lembaga sosial yang ada. Lembaga juga disebut institusi atau pranata.
Maksud lembaga sosial adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relative
tetap atas pola-pola tingkah laku, peranan-peranan dan relasi yang terarah
dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum, guna
tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.
Secara konsep, lembaga sosial tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu: (1)
asosiasi, misalnya universitas atau persatuan, (2) organisasi khusus, misalnya
penjara, rumah sakit dan sekolah, (3) pola tingkah laku yang telah menjadi
kebiasaan, atau pola hubungan sosial yang mempunyai tujuan tertentu.
Lembaga
pendidikan islan pondok pesantren Tidar adalah salah satu lembaga pondok
peantren yang ada di kota Magelang, pondok pesantren Tidar memiliki struktur
pengajaran berbasis Kuliyyatul Mu’alimin Al-Islamiyah ( KMI ) yaitu kurikulum
yang mengacu pada kesepakatan para mualim/asatid pondok pesantren TIDAR.
2. Rumusan
Masalah
a.
Bagaimana teori mengenai manajemen dan
pengembangan pondok pesantren ?
b.
Bagaimana manajeman dan pengembangan
pondok pesantren Tidar Kota Magelang?
c.
Bagaimana sistem pelaksanaan dan
aplikasi standar isi di pondok pesantren Tidar
Kota Magelang?
3. Tujuan
a.
Mengetahui teori mengenai manajemen dan
pengembangan pondok pesantren.
b.
Mengetahui dan memahami proses manajeman
dan pengembangan pondok pesantren Tidar
Kota Magelang.
c.
Mengetahui sistem pelaksanaan dan
aplikasi standar isi di pondok pesantren Tidar
Kota Magelang.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Sistem Manajemen Pesantren
Sebelum membahas apa itu manajemen pesantren maka kita harus
tahu dahulu apa itu sistem manajement dan apa itu pesantren. Sistem
adalah cara, sarana, upaya, dan organ.[1]
Dan manejemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management artinya yang
dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau
mengelola. Kata manage itu sendiri berasal dari Italia Maneggio yang diadopsi
dari bahasa latin managiare, yang berasal dari kata manus yang artinya
tangan.[2]
Dalam bahasa Arab berasal dari nazhoma atau idarah artinya yang menata
beberapa hal dan mengabungkan beberapa antara satu dengan yang lain.[3]
Sedangkan secara terminologis manajemen menurut yang
dikutip oleh Made Pidarta terbagi kepada manajemen sebagai peranan dan
manajemen sebagai tugas, hal ini memberi jalan untuk membedakan kedua istilah
itu. Manajemen sebagai tugas ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
sementara itu salah satu manajemen sebagai peranann disebutkan peranan
administrasi eksekutif.[4]
Menurut para ahli dikemukakan yang pertama manajemen adalah mengelola
orang-orang, yang kedua adalah pengambilan keputusan, yang ketiga adalah
pengorganisasian dan pemanfaatan sumber-sumber untuk menyesuaikan tujuan yang
telah ditentukan.[5]
Jadi Sistem pondok pesantren adalah sarana yang bertugas
sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk diciptakan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren.[6]
Sudah menjadi common sense bahwa pesantren lekat dengan
figure kyai. Kyai dalam pesantren merupakan figure pesantren sentral,
otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini erat
kaitanya denggan dua faktor :[7]
Pertama,
kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar pada karisma
serta hubungan yang bersifat patemalistik. Kebanyakan pesantren menganut
pola mono manjemen dan mono administrasi sehingga tidak ada delegasi
kewenanggan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi.
Kedua, kepemilikan
pesantren bersifat individual atau keluarga bukan komunal. Otoritas individu
kyai sebagai pendiri skaligus pengasuh pesantren sanggat besar dan tidak bisa
di ganggu gugat. Faktor nasab atau keturnan juga kuat sehingga kyai bisa
mewariskan kepemimpinan pesantren kepada anak ( istilahnya putra mahkota) yang
di percaya pada komponen pesantren yang berani memprotes. Sistem seperti ini
kerap kali menggundang sindiran bahwa pesantren seperti kerajaan kecil.
Sejalan dengan penyelenggaraan pendidikan formal beberapa
pesantren menggalami penggembanggan pada aspek manajemen, organisasi, dan
atministrasi penggelolan keuanggan. Perkembanggan ini dimulai dari
perubahan gaya kepemimpinan pesantren dari karismatik ke rasionalostik,
dari otoriter paternalistic ke diplomatik partisipatif. Sebagai
contoh kasus kedudukan dewan kyai di pesantren tebu ireng menjadi salah satu
unit kerja kesatuan administrasi penggelolaan penyelenggaraan pesantren
sehingga pusat kekuasaan sedikit terdistribusi di kalangan elite pesantren dan
tidak terlalu terpusat pada kyai. [8]
Beberapa pesantren sudah membentuk badan pengurus harian
sebagai lembaga payung yang khusus mengelola dan menanggani kegiatan-kegiatan
pesantren misalnya pendidikan formal, diniyah, penggajian majelis ta’lim,
sampai pada masalah pengginapan (asrama santri), kerumah tanggan, kehumasan.
Pada tipe pesantren ini pembagian kerja antar unit sudah perjalan denggan baik,
meskipun tetap saja kyai memiliki pengaruh yang kuat.[9]
Sayangnya perkembangan tersebut tidak merata di semua
pesantren. Secara umum pesantren masih menghadapi kendala serius menyangkut
ketersediaan sumber daya manusia profesional dan penerapan manajemen yang
umumnya masih konvensional, misalnya tiadanya pemisahan yang jelas antara
yayasan, pimpinan madrasah, guru dan staf atministrasi, tidak adanya
transparasi pengelolaan sumber-sumber keuangan belum terdistribusinya pengelolaan
pendidikan, dan banyaknya penyelenggaraan atministrasi yang tidak sesuai aturan
baku organisasi. Kyai masih merupakaan figure sentral dan penentu kebijakan
pendidikan pesantren. [10]
Rekuitmen ustadz atau guru, penggembangan akademik, reward
sistem, bobot kerja juga tidak berdasarkan aturan yang berlaku.penyelenggaraan
pendidikan sering kali tanpa perencanaan. Berapa banyak pesantren yang memiliki
rencana induk pengembangan (RIP), dan statutnya misalnya sebagai pedoman
penggelolaan pendidikan.[11]
Kerumitan dan permasalahan ini menyebapkan antara
normativitas dan kondisi opyektif pesantren ada kesenjangan termasuk dalam
penerapan teori manajemen pendidikan. Semata-mata berpegang pda normativitas
dengan mengabaikan kondisi obyektif yang terjadi di pesantren adalah tindakan
kurang bujaksana, kalau tidak dikatakan gagal memahami pesantren. Akan tetapi
membiarkan kondisi itu berjalan terus tanpa ada pembenahan juga tidak
arif. Penerapan manajemen pendidikan tidak hanya di tetapkan tanpa
mempertimbangkan atau mengakomodasi keadan yng riil di pesantren. Harus ada
toleransi dalam menyikapi kesenjangan itu secara wajar tanpa menggundang
konflik.
B. Kombinasi Idealisme dan Profesionalisme
Pesantren
Pondok pesantren seringkali menerapkan pola manajemen yang
berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, keiklasan, kesukarelaan yang biasa
di kenal dengan istilah “lillahi ta’ala”.[12]
Konsep tersebut menjiwai hamper semua aktifitas pada pondok pesantren namun
konsep tersebut pada masalalu banyak memiliki kelemahan karena tidak diimbanggi
dengan kemampuan manajemen modern tampak kurang beraturan dan kurang efisien.
Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebih
akomodatif terhadap perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini. Oleh
karena itu idealisme”lillahi ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan
profesionalisme yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi yang ideal
dan utuh yaitu idealism-profesionalisme. Dengan kombinasi konsep
manajemen yang ideal tersebut diharapkan akan tetap dapat mempertahankan
eksistensi pondok pesantren di satu sisi, serta dapat menigkatkan daya kompetitif
pesantren dalam era global di sisi lainya. Kombinasi tersebut dapat
menghasilkan konsep manajemen pondok pesantren denggan karakteristik baru yang
ideal. Selain itu juga dapat disebut sebagai Manajemen Berbasis Pondok
Pesantren (MBPP). Dengan MPBB baru tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan
karakteristik pondok pesantren yang efektif.[13]
Karakteristik MBPP baru tersebut dapat dianalisis dengan
pendekatan system yaitu dari segi imput-proses-output. Hal itu didasari atas
pemikiran bahwa pondok pesantren merupakan suatu sistem sehingga menguraikan
karakteristik MBPP juga didasarkan pada proses output yang dapat menunjang
perkembangan pondok pesantren secara keseluruhan.[14]
Dimana karakteristik tersebut ditandai dengan adanya pondok pesantren yang
didasarkan pada input maupun ouput yang ada.[15]
Uraian berikut dimulai dari output dan di akhiri dengan imput mengingat output
memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangakan proses memiliki tingkat
kepentingan satu tingkat lebih rendah dari pada output, dan input memiliki
tingkatan kepentinggan dua tingkat lebih rendah dari pada output.
1.
Output yang diharapkan
Output pondok pesantren harus memiliki prestasi pondik
pesantren yang dihasilkan oleh proses pendidikan dan pembelajaran serta
manajemen di pondok pesantren.
Output pondok pesantren dikelompokan
menjadi empat macam:
a. Output berupa prestasi penggetahuan akademik keagamaan.
b. Output berupa prestasi penggetahuan akademik umum.
c. Output berupa prestasi keterampilan atau kecakapan
hidup.
d. Output berupa prestasi dalam bidang non akademik.
2. Input podok pesantren
Karakteristik dari pondok pesantren yang efektif diantaranya
adalah memiliki input dengan karakteristik sebagai berikut.
a.
Adanya kebijakan, tujuan dan sasaran
mutu yang jelas.
b.
Sumber daya tersrdia dan siap.
c. Staf yang kopeten, berdedikasi
tinggi dan berakhlakul karimah.
d. Memiliki harapan prestasi yang
tinggi.
e. Focus pada pelanggan khususnya para
santri.
f. Adanya imput manajemen yang memadai
untuk menjalankan roda pondok pesantren.
C. Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan
Pesantren
Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan pondok
pesantren dalam hubunganya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human
resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincanggan kepesantrenan
kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya terdapat dua
potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:
1. Potensi pendidikan.
2. Penggembangan masyarakat.
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa
sisitem pendidikan pondok pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal
dengan Sunan Ampel. [16]Terkait
denggan sistem pengelolaan pondok pesantren dalam interaksinya denggan
perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi, kalangan internal
pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah satu bentuknya adalah
pengelolaan pondok pesantren formal sekolahan mulai tingkat SD, sampai
perguruan tinggi, di lingkungan pesantren dengan menawarkan perpaduan kurikulum
keagamaan dan umum sertaperangkat keterampila yang dirancang secara systematic
dan itegralistik.
Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrsah
Aliyah Program Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan pesantrenpun
cukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab ada semacam jaminan
keunggulan out put yang siap bersaing dalam kehidupan sosial. Dan pesantren
dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat diharapkan menjadi
penopong berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia yang ditandai banyak
sekarang pesantren yang ada pendidikannya berupa formal dan tentunya non formal
juga.[17]
Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem
pendidikanya denggan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain
terpaku pada sistem pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan materi
kitab-kitab kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik
pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem
pendidikan modern. Modifikasi pendidikan pesantren semacam ini telah di
eksperimentasikan oleh beberapa pondok pesantren seperti Darussalam
(GONTOR),pesantren As-salam (Pabelan-Surakarta), pesantren Darun Najah
(Jakarta), dan pesantren al-Amin (Madura).[18]
Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan
sistem pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah garapan, masih
banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional
dan konvensional denggan membatasi diri pada penggajaran kitab-kitab
klasik dan pembinaan moral keagamaan semata.[19]
Pesantren model pure klasik atau salafi ini memang
unggul dalam melahirkan santri yang memiliki kesalehan, kemandirian, dan
penguasaan terhadap ilmu-ilmu ke-Islaman. Kelemahanya, out put pendidikan
pure salaf kurang kompetitif dalam percaturan persaingan kehidupan modern.
Padahal tuntutan kehidupan global menghendaki kualitas sumberdaya manusia
terdidik dan keahlian di dalam bidangnya. Realitas out put pesantren yang
memiliki sumber daya manusia kurang kompetotif inilah yang kerap menjadikannya termaginalisasi
dan kalah bersaing dengan out put pendidikan formal baik agama maupun umum.
Penyebaran yang luas dengan keaneragaman karakteristik yang
dimiliki pesantren saat ini di semua wilayah Indonesia menjadi potensi luar
biasa dalam percepatan pembanggunan di daerah-daerah. Jika upaya maksimal ini
dilakukan oleh pemerintah secara tepat bukan tidak mungkin kedepan bukan tidak
mungkin akan menjadi lahan subur penyemaian bibit-bibit unggul manusia
Indonesia. Jika melihat keadaan ini tampaknya akselerasi pendidikan dan
pengelolaan masyarakat di pesantren optomis bisa berjalan, namun
bagaimanapun program-program ini tergantung pada penerimaan kyai di pesantren
sendiri, maupun pengurus pesantren sebab pesantren memiliki kemandirian
(otonomi) yang relative besar juga memiliki basis konstituen yang relative
solid di mayarakat dan sumberdaya lokal yang kuat.[20]
Sehingga intervensi dari luar akan cenderung kurang efektif.
Hal ini menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus menerus
mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam
akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan scara drastis. Oleh
sebab itu pelibatan pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa
ditanggani secara serampangan, apalagi karitatif dan birokatik tugas Departemen
Agama yang mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui
program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu
sendiri.
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren
adalah berkaitan denggan pengelolaan keuanggan pesantren. Dalam pengelolaan
keuangan akan menimbulkan permasalahan yang serius apabila pengelolaanya tidak
baik[21].
Pengelolaan keuanggan pesantren yang baik sebenarnya merupakan upaya
melindunggi personil pengelolaan pesantren (kyai, pengasuh, ustadz, atau
pengelola pesantren lainya) dari pandangan yang kurang baik dari luar
pesantren.[22]
Selama ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan
pesantren denggan harta milik individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan
pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan individu. Namun dalam
rangka pelaksanaan manajemen yang baik sebaiknya diadakan pemilahan antara
harta kekayaaan pesantren dengan harta milik individu, agar kelemahan dan kekurangan
pesantren dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain, termasuk
orang tua santri.
Pengertian pengelolaan keuangan sendiri adalah penggurusan
dan pertanggung jawaban suatu lembaga terhadap penyandang dana baik individual
maupun lembaga. Dalam penyusunan anggaran memuat pembagian penerimaan dan
pengeluaran anggaran rutin dan anggaran pembanggunan serta anggaran incidental
jika perlu. Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan sebagai berikut:[23]
1.
Hemat tidak mewah, efisien,
dan sesuai denggan kebutuhan
2.
Terarah dan terkendali sesuai dengan
rencana dan program
3.
Terbuka dan transparan
4.
Sedapat mungkin menggunakan
kemampuan/hasil produksi dalam negeri sejauh hal ini di mungkinkan
Pesantren perlu dibentuk organisasi orang tua santri dengan
membentuk komite pesantren yang dapat memberikan pertimbanggan dan membantu
menggontrol kebijakan program pesantren termasuk penggaliaan dan penggunaan
keuanggan pesantren.
Selanjutnya pihak pesantren bersama komite pesantren pada
setiap tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan rencana anggaran pendapatan
dan belanja pesantren (RAPBP) sebagai acuan bagi penggelola pesantren
melaksanakan menejemen keuanggan yang baik hal-hal yang perlu di muat dalam
RAPBP antara lain:
a.
Rencana sumber pendapatan dalam satu
tahun yang bersangkutan, meliputi:
1)
Konstribusi santri.
2)
Sumbanggan dari individu dan organisasi.
3)
Sumbanggan dari pemerintah bila ada.
4)
Dari hasil usaha.
b. Rencana dalam satu tahun yang bersangkutan
Semua penggunaan uang pesantren dalam satu tahun anggaran
perlu di rencanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan
baik. Penggunaan uang pesantren tersebut menyangkut seluruh pengeluaran yang
berkaitan denggan kebutuhan penggelolaan pesantren, temasuk dana operasional
harian, penggembangan sarana dan prasarana pesantren, infaq semua petugas
pesantren, dana kerja sama, dan bahkan dana praktis lain-lainya perlu di
rencanakan denggan baik.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana
anggaran pendapatan dan belanja pesantren adalah menerapkan prinsip anggaran
berimbang artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus seimbang
diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus.
Dengan RAPBP yang berimbang maka kehidupan pesantren akan
menjadi solid dan benar-benar kokoh dalam keuanggan yang akan menjadi kunci
dari kemendirian bagi kehidupan pesantren. Bila hal ini tercapai, kredibilitas
pesantren di mata masyarakat akan tinggi dan terpercaya. Melalui RAPBP juga
maka sentralisasi penggelolaan keuanggan terfokus pada bendaharawan pesantre.
Hal ini perlu dilakukan dalam rangka mempermudah pertanggung jawaban keuanggan.
Setiap penggunaan keuanggan perlu dilakukan melalui pengajuan keuanggan secara
tertulis,dan sedapat mungkin hanya program-program yang termasuk dalam
perencanaan keuangan saja yang di danai. Agar mudah pengawasanya.
Berkaitan denggan penggelolaan keuanggan ada hal-hal yang
perlu di perhatikan oleh bendaharawan pesantren diantaranya:
a) Pada setiap akhir tahun anggaran
bendaharawan harus membuat laporan keunggan kepada komite pesantren untuk di
cocokan dengan RAPBP.
b) Laporan keuanggan harus di lampiri
bukti-bukti penggeluaran yang ada, termasuk bukti penyetoran pajak (PPN dan
PPh) bila ada.
c) Kwitansi atau bukti-bukti pembelian
atau bukti penerimaan honorarium atau bantuan atau bukti penggeluaran yang lain
yang sah.
d) Neraca keuanggan juga harus di
tunjukan untuk di periksa oleh tim bertanggung jawaban keuanggan dari komite
pesantren
Selain buku neraca keuanggan yang erat hubunganya denggan
penggelolaan keuanggan ada juga beberapa buku lain yang juga penting bagi
bendaharawan pesantren:[24]
1. Buku kas umum
2. Buku persekot atau uang muka
3. Daftar potongan-potongan
4. Daftar gaji
5. Buku tabunggan
6. Buku iuran
7. Buku catatan lain yang tidak
termasuk diatas, seperti catatan penggeluaran incidental.
Pesantren sebagai lembaga yang semestinya menjaga
akuntabilitas publik selayaknya jika mulai memperbaiki manajemen atau
penggelolaan keuanggan secara baik dan bertanggung jawab.
D. Unsur-unsur Urgensi Pengelolaan Pesantren
Pengelolaan pondok pesantren harus secara luas bersadarkan
unsur-unsur penting sebagai berikut:[25]
1. Misi pesantren yang sesuai dengan
filosofis pendidikan Islam.
2. Struktur organisasi fungsional
pesantren.
3. Kemitraan dan pelayanan yang baik.
4. Perencanaan dan pengembangan
pesantren.
5. Pengelolaan dan supervisi SDM.
6. Dinamika dalam menjalankan strategi
pembelajaran.
7. Penguatan kurikulum praktis.
8. Pengelolaan Sumber Daya Belajar
secara efisien.
9. Pengelolaan dan pemeliharaan
fasilitas pesantren.
10. Sistem
evaluasi dan pertanggungjawaban.
E.
Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren
1.
Kurikulum Pendidikan Pondok
Pesantren
Pada awalnya adalah hanya pengajaran
yang simpel tidak ada kurikulum tidak seperti sekarang ini. Sebenarnya
pembelajaran yang diberikan dalam pondok pesantren sudah menggunakan kurikulum
tertentu yang lama yaitu sistem pengajaran tuntas kitab, dalam hal ini kyai
bebas untuk membacakan kitabnya.[26]
2.
Sistem Pengajaran
Sistem pengajaran dapat diartikan
sebagai cara uyang diperguanakan untuk menyampaikan tujuan. Pondok pesantren
secara agak seragam menerapkan sistem pengajaran yang sering kita kenal yaitu:
sorogan, bandungan, hafalan dan masih banyak lainnya. Akan tetapi konsep
keilmuan lebih menekankan pada rasionalitas seperti yang menjadi dasar
pendidikan modern.[27]
3.
Sistem Pembiayaan
Pondok pesantren sebagai lembaga non
formal juga sebagai lembaga sosial keagamaan. Dan perjalanannya, pembiayaan
dalam bidang pendidikan pesantren bisa didapat dari imbal swadya pemerintah,
yaitu Depag, Link Depag, Instansi Daerah maupun dari lainnya. Karena kepedulian
pesantren ini dilandasi dengan keikutansertaan pemerintah dalam memajukan pondok
pesantren dengan karakternya yang khas.
F.
Peran Pesantren dalam Proses Pembangunan Sosial
Perspektif historis pesantren pada posisi yang cukup
istimewa dalam khasanah perkembanggan sosial budaya masyarakat Indonesia.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menempatkan pesantren sebagai subkultur tersendiri
didalam masyarakat Indonesia. Dan asal-usul historis sistem pondok pesantren
ini tidak bisa lepas begitu saja dengan persoalan kedatangan Islam ke wilayah
nusantara.[28]
Menurutnya lima ribu buah pondok pesantren yang tersebar di enam puluh delapan
ribu desa merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan sebagai sebuah subkultur.
Selaras denggan pandanggan pembangunan sebagai proses
pembanggunan sosial, Ginanjar Kartasasmita menggemukakan. Bahwa hakekat
pembanggunan itu tiada lain merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil
dan merata, serta menggembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan
Negara yang maju dan demokratis berdasarkan pancasila. Pembanggunan nasional
diarahkan untuk mencapai kemajuan, dan kesejahteraan lahir batin, termasuk terpenuhnya
rasa aman, tentram, dan penuh keadilan.
Dalam konteks ini praktek pembanggunan sosial itu bukan saja
menjadi milik dan tanggung jawab institusi pemerintahan, melainkan bertanggung
jawab bersama antara pemerintahan dan masyarakat. Hanya saja keberadaan
pesantren tidak memiliki kewenanggan langsung untuk merumuskan aturan sehingga
peranya dapat di kategorikan kedalam apa yang di kenal dengan partisipasi.
Dalam hal ini, pesantren melalui kiai dan santri didiknya cukup potensial untuk
menggerakkan masyarakat secara umum. Sebab, bagaimanapun keberadaan kiai
sebagai elite sosial dan agama menepati posisi dan peran sentral dalam struktur
sosial masyarakat Indonesia.[29]
Salah satu sektor penting dalam pembanggunan sosial yang
mendapatkan perhatian khusus hampir pada setiap proses pelaksanaan pembanggunan
adalah aspek pendidikan. Bidang pendidikan itu sendiri telah menjadi pilar
utama menyangga keberhasilan pelaksanaan pembnggunan sosial. Hampir bisa
dipastikan bagi suatu daerah yang masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan
tinggi cenderung memiliki tingkat keberhasilan pembanggunan yang cukup tinggi
bila di bandingkan dengggan daerah yang rata-rata tingkat pendidikanya masih
relative rendah.
Terkait denggan pembanggunan di bidang pendidikan, pesantren
dalam praktisnya sudah memainkan peran penting dalam setiap proses pelaksanaan
kegiatan trsebut. Para kiai atau ulama yang selama ini menjadi figuran dalam
masyarakat Indonesia dan bukan sekedar sosok yang dikenal sebagai guru,
senantiasa peduli denggan lingkungan sosial masyarakat di sekitarnya.
Merekabiasanya memiliki komitmen tersendiri untuk turut melakukan gerakan transformasi
sosial melalui pendekatan keagamaan.
Pada esensinya dakwah yang di lakukan kiai sebagai medium
transformasi sosial melalui pendekatan keagamaan. Pada esensinya dakwah yang
dilakukan kiai sebagai medium transformasi sosial keagamaan itu di orientasikan
kepada pemberdayaaan salah satunya aspek kongnitif masyarakat. Pendirian
lembaga pendidikan. Pondok pesantren yang menjadi ciri khas dari gerakan
transformasi sosial keagamaan para ulama menandakan peran penting mereka dalam
peran pembanggunan sosial secara umum melalui media pendidikan. Munculnya
tokoh-tokoh informal berbasis pesantren yang sanggat berperan besar dalam
menggerakkan dinamika kehidupan sosial masyarakat desa misalnya, tidak bisa
dilepaskan dari jasa dan peran besar kiai atau ulama. Demikian pula lahirnya
berbagai pendidikan modern yang cukup pesat dewasa ini secara geneologis tidak
bisa di lepaskan pula dari akarnya yakni pendidikan pesantren .
BAB III
HASIL OBSERVASI
A. Sejarah Pondok Pesantren Tidar Kota
Magelang
Pondok Pesantren adalah sebuah
lembaga pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan Agama
Islam yang sudah tumbuh dan berkembang di tengah-tengah tradisi bangsa
Indonesia. Pondok Pesantren merupakan
suatu benteng pertahanan yang memiliki peranan penting bagi perjuangan
kemerdekaan bangsa. Demikian juga Pondok Pesantren TIDAR ini berdiri atas
cita-cita dari sang Pendiri KH. Musyarofi Zarkasyi yang diawali dengan
mendirikan PMT ( Pengajian Mengaji Tidar ) di Kampung Malangan Kel. Tidar kec. Magelang
Selatan Kota Magelang pada tahun 1980 M , setelah di Malangan berjalan dengan
baik maka KH. Musyarofi mengembangkan sayap perjuangannya menegakkan kalimah Alloh dalam dunia
pendidikan adalah dengan mengajar di kampung Tidar Dudan sebagaimana cita-cita beliau semasa nyantri
di Pondok Pabelan Kabupaten Magelang, walaupun di kampung Tidar Dudan ini untuk
mewujudkan cita-cita beliau tidaklah
mudah namun dengan niat dalam hati dan tekad yang sangat kuat juga dengan
mempunyai 2 prinsip : pertama berani memulai yang kedua adalah mencintai
pekerjaan tersebut. maka terwujudlah cita-cita beliau untuk mendirikan Pondok
Pesantren TIDAR yang dideklarasikan pada hari Senin tanggal 12 Desember 1983 M,
mulai saat itulah Bpk Kyai H. Musyarofi membulatkan tekat dan mengerahkan
seluruh fikiran serta tenaga untuk memajukan Pondok Pesantren TIDAR dan
mempunyai prinsip dalam berjuang “Bondo Bahu Pikir Lek Perlu
Saknyawane Pisan”, dengan mengkaderkan generasi pertama yang telah
menempuh pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Gontor dan telah menamatka pendidikannya yaitu :
1.
Al-Ustadz
Bahrudin
2.
Al-Ustadz
Muhammad Dzaky Zamani
3.
Al-Ustadzah Lana
Rahmawati Al-Khusna
Disamping menunjuk beberapa kader Pondok
Bpk Kyai H. Musyarofi juga memperluas lahan yang akan dipergunakan untuk
pengembangan Pondok. Diawali dengan membangun Masjid Al-Kautsar dan
mewakafkanya kepada umat Islam, menggalih fungsikan dapur untuk didirikan
bangunan dirikannya lembaga Pendidikan Taman kanak-kanak yang di beri nama TK
BA Al-Kautsar Pada tanggal 1 Agustus 1990, pendirian asrama dan kelas lantai 2
dilahan yang sudah diwakafkan, keinginan
untuk terus mengembangkan lahan pondokpun di lanjutkan dengan mewakafkan
kembali lahan yang sekarang dipakai asrama putra dan mengadakan tukar guling
tanah pribadi dengan tanah pemerintah (sampai sekarang proses belum selesai),
dan juga menyelenggarakan lahan-lahan milik pribadi untuk digunakan sebagai
unit-unit usaha Pondok yang diharapkan hasilnya bisa mencukupi kebutuhan
Pondok.
Selain aktif mengajar dan mengasuh santri KH
Musyarofi juga aktif dalam kegiatan da`wah bersama anggota ICMI khususnya
berda`wah di daerah dan masyarakat minoritas muslim yang sangat membutuhkan
bimbingan dan dan arahan beliau, seperti di daerah Kenalan dan sekitarnya di
kecamatan Pakis, Pasar Telo Samban, dan
beberapa daerah di kecamatan Candimulyo, Sawangan dan masih banyak yang lainnya.
Daerah dan masyarakat yang dahulu dibina
oleh KH Musyarofi saat ini diteruskan oleh kader-kader pondok dengan kegiatan
yang bermacam-macam dan diberi sebutan Daerah-Daerah Binaan Pondok.
Semasa hidup KH Musyarofi merupakan sosok yang
mempunyai semangat yang besar untuk mengadakan perubahan (ishlah) khususnya di daerah Magelang maka timbulah
keinginan untuk mengabdikan dirinya dan harta bendanya dalam medan dakwah dan
perjuangan, sampai beliau berkata “Aku siap menjadi Orang termiskin di
Dunia” aku malu kalau rumahku lebih baik dari tempat tinggal santri-santriku”, kalimat
tersebut terucap dengan penuh kesadaran dan pemahaman tentang beratnya halangan
dan rintangan yang harus dihadapi dalam perjuangan dan da`wah.
Setelah KH Musyarofi wafat pada tanggal 29 Desember 2009 maka
kepemimpinan diamanatkan kepada Hj Mulyati Musyarofi dimana pondok berada pada
masa transisi, sehingga banyak permasalahan timbul di dalam pondok, baik dari
segi ekonomi, kepemimpinan, pengajaran, kepengurusan banyak terjadi kekurang
harmonisan, akan tetapi dengan semangat dan cita-cita yang sama dan juga wasiat
KH Musyarofi “Kalau pimpinan pondok Mati Pondok jangan sampai Mati”
akhirnya masalah-masalah tersebut bisa terlewati.
Selama kepemimpinan Nyai Hj Mulyati
bertambah kader-kader pondok yang menyatakan siap membantu pondok dan
dikirim ke beberapa pondok untuk menggali ilmu yang lebih dalam, diantaranya :
1. Askar Nikmattadi : Pondok Gontor 5 Banyuwangi
2. Maftukhanul Karim
: Pondok Wirausaha Al Isti`faf
Mranggen Demak
Pada masa ini
juga pondok mengadakan revitalisasi pengurus yayasan Pondok Tidar, yang dulunya
pengurus yayasan belum berfungsi maksimal dan hanya berfungsi sebagai pengawas
sekarang berfungsi sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Pada tahun 2010 kader pondok dan juga Putra KH Musyarofi Zarkasyi telah
menamatkan program S 1 di IIU Islamabad Pakistan setelah belajar kurang lebih
4,5 tahun. Dengan kepulangan kader tersebut maka pondok mengadakan perubahan
struktur dan kepengurusanya.
Maka mulai 15 Romadhon 1431 ditambahlah pimpinan pondok menjadi 3 orang
yaitu :
1. Nyai Hj Mulyati Musyarofi Zarkasyi
2. Al Ustadz Bahrudin
3. Al Ustadz Muhammad Dzaky Zamani, B.A (Hons)
Sampai pada masa ini
pondok sudah memiliki 5 jenjang
pendidikan dan 5 unit usaha, yaitu
a)
Jenjang Pendidikan:
1.
BA.
Al-Kautsar
2.
Wajat Dikdas
Tingkat ULA
3.
Wajar Dikdas
Tingkat WUSTHO
4.
MADIN
AL-Kautsar
5.
KMI
(Kulliyatul Mu’allimi Al-Islami)
b)
Unit Usaha:
1.
Koperasi
2.
Pokdakan
3.
Out Bound
4.
LP3 P2HP
5.
Pembangunan
Kegiatan
di Pondok Pesantren TIDAR tidak hanya dalam pengajaran saja, tapi juga
pendidikan. Karena pengajaran dan pendidikan bagaikan koin yang mempunyai 2
wajah tetapi tidak bisa dipisahkan. Pendidikan ini dapat lebih mempengaruhi
dalam kehidupan santri sedangkan pengajaran di dalam kelas dapat membentuk
kerangka berfikir santri dalam menghadapi ilmu-ilmu yang dipelajarinya.
B. Profil Pondok Pesantren Tidar
Magelang.
1. Visi
dan Misi
a. Visi
Ponpes Tidar
“Terwujudnya pendidikan keislaman yang
bekualitas sehingga mampu menjadi salahsatu lembaga pendidikan yang maju dan
modern dalam disiplin ilmu keagamaan dan ilmu umum”.
b. Misi
Ponpes Tidar
1. Tersedianya
pendidik dan pengajar muslim yang kompeten.
2. Terwujudnya
sarana dan prasarana pondok modern yang memadai.
3. Terwujudnya
konsistensi disiplin pondok yang telah disepakati.
4. Terwujudnya
pengamalan motto dan panca jiwa pondok modern.
2.
Struktur Organisasi




![]() |
|||
![]() |
|||
Staf pengajaran
1. Askar Nikmat
Tadi
2. Lindha
Kurniawati
Kepala
lembaga pendidikan :
KEPALA TK/BA AL KAUTSAR
1. Siti Indrati S.EI
KEPALA TPQ/MADIN AL KAUTSAR
1. Muhammad
Dzaky Zamani,BA (Hons)
KEPALA WAJAR DIKDAS ULA
1.
Sudewi
Korawati
KEPALA WAJAR
DIKDAS WUSTHA dan KMI
1. Nur Habib El Rahman, S.Ag
BAGIAN PERPUSTAKAAN
Hidayatun Na’imah
|
|
Staf pengasuhan
1.
Nur Hidayah
2.
Anisa Nurin Ni’mah
Sie :
1.
Kegiatan
2.
Keamanan
3.
OSPT
4.
PRAMUKA
5.
BAHASA
6.
MAHKAMAH
LOGOH
|
UNIT
USAHA
KEWIRAUSAHAAN
1. Koperasi
2. Pokdakan
3. Out Bound
4. LP3 P2HP
5. Pembangunan
|
3. Kegiatan-kegiatan
Pondok Pesantren TIDAR
Kegiatan Harian
No
|
Waktu
|
Kegiatan
|
ket
|
|
Harian
|
||
1
|
04.00-05.15
05.15-05.45
05.45-07.00
07.00-12.00
12.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
17.00-15.50
17.00-17.30
17.30-19.00
19.00-20.00
20.00-21.30
21.30-04.00
|
Sholat Subuh, mengaji
pagi
Pemberian kosa kata
Olahraga,
mencuci pakaian, makan pagi, persiapan masuk kelas
Masuk Kelas (Sholat dhuha)
Sholat
dzuhur, kultum, makan siang, persiapan pelajaran sore
Masuk
pelajaran sore
Sholat Ashar, mengaji sore
TPQ,
olahraga, ekstrakurikuler
Persiapan
sholat maghrib
Mengaji
di masjid, sholat maghrib berjamaah, mengaji bersama ustadz
Sholat
Isya, Makan malam, persiapan belajar malam
Belajar
malam
Istirahat
malam
|
|
2
|
Mingguan
ekstrakurikuler
|
||
|
·
Pramuka untuk melatih santri
dalam membentuk karakter dan kemandirian serta mempersiapkan santri dalam
mengikuti JAMBORE tingkat Daerah dan Nasional yang di selenggarakan
pemerintah setiap 3 tahun sekali.
·
Muhadhoroh ( Latihan pidato)
Latihan
pidato dengan 3 bahasa yaiti Bhs. Arab, Bhs. Inggris, dan Bhs. Indonesia.
Dengan adanya latihan pidatio bertujuan untuk melatih mental dalam terjun
kemasyarakat nantinya dan untuk mencetak generasi muda yang cerdas dalam
berbahasa.
·
Istirham : Malam Jumat Pon (Mujahadah)
Malam
Jumat Kliwon (Khataman)
Malam Jumat Pahing (Barzanji)
Malam Jumat
Legi ( Kahfian)
·
Pengembangan Bhs Arab Dan Inggris
: Tiap 2 Minggu Sekali
·
Panahan adalah club olahraga
panahan “PESOPATI” yang berdiri sejak tahun 2009 di Pondok Pesantren TIDAR,
pada tahun 2013 kami mengirimkan atlit panahan ke PORPROV di Banyumas dan
berhasil merebut medali perak untuk ronde beregu Tradisional Putri.
·
Menjahit dan Ketrampila adalah
untuk mencetak santri yang terampil dalam memanfaatkan barang yang ada di
lingkunga Pondok dan Masyarakat.
·
Tahfidzul Qur’an
·
Pelajaran Salafiyah adalah untuk
menambah pengetahuan santri dalam Ilmu Agama dan untuk mengethui kitab-kitab
kuning.
|
|
|
3
|
Tahunan
|
||
|
1.
Khutbatu-l Arsy Syawwal,
Dzulqa’dah untuk memperkenalkan Pondok Pesantren TIDAR kepada santri baru
2.
Idul Adha
3.
Pentas Seni 1 Muharram untuk
mengasah kreativitas santri
4.
Perkemahan Santri Tpq Dan Madin
untuk menjalin tali silaturrahim antar tpq dan Madin se- Magelang
5.
Pospeda tiap Tri Tahunan
6.
Jamda Dan Jamnas Per Tri Tahunan
7.
Kegiatan Ramadhan :
a. Musyawarah
Kerja Guru :
-
Sidang Kurikulum
-
Sidang Laporan Pertanggung
Jawaban
-
Sidang Program Kerja Dan Anggaran
b. Bina
Masyarakat
c. Buka
Bersama : Di Masjid Kenalan Dan Pondok Pesantren Tidar.
|
|
C. Manajemen dan Pengembangan Pondok
Pesantren Tidar
a. Kepemimpinan
Pondok
pesantren tidar dalam pembagian kebijakan dan programnya dibagi menjadi 3
bagian yakni, perekonomian, pendidikan dan pengajaran. Maka dalam kepemimpinan
pondok pesantren tidar ini menetapkan pula menjadi tiga bagian Didalam
kepemimpinan pondok pesantren TIDAR, agar dalam mengatur, mengelola,
melaksanakan kebijakan dan program tersebut bisa dilakukan dengan efektif dan
terarah yang menjadi suatu kefokusan kebijakan dalam pengelolaannya di dalam
kepemimpinannya.
1. Pengelolaan
dalam perekonomian
Pemulihan kembali pembangunan dengan
menggerakan ekonomi Pondok Pesanten TIDAR dengan melakukan pengembangan
usaha kecil dan menengah, menciptakan lapangan kerja, untuk meningkatkan
potensi dari para santri, pengajar dan masyarakat..
Dengan memperluas atau menciptakan
lapangan kerja baru di Pondok Pesantren TIDAR dapat meningkatkan kesejahteraan
santri, pengajar dan masyarakat. Maka berorientasi pada sektor
peternakan, pertanian, perikanan, dan usaha kecil lainnya, dan akan
dikelola secara profesional sehingga bisa meningkatkan produktifitasnya. Usaha
tersebut merupakan sebuah usaha alternatif yang memiliki prospek usaha yang
cerah dan cocok untuk dikembangkan di perkotaan juga. Hal ini bisa dirasakan
dengan semakin banyaknya konsumen akan kebutuhan barang – barang dari hasil
tersebut diatas.
Berdasarkan hal tersebut diatas,
Pondok Pesantren TIDAR melelui strategi pemberdayaan santri dan
pengajar juga masyarakat berusaha mewujudkan kemandirian santri
dan pengajar. pengelolaan dalam perekonomian pondok pesantre tidar
didalamnya terdapat beberapa lembaga kewirausahaanya sebagai berikut :
-
Koperasi
Menjalankan program simpan pinjam pondok sekaligus untuk memutar ulang
semua sumberdaya pondok dari seluruh warga pondok, mulai dari pimpinan asatid,
karyawan, santri, lembaga kewirausahaan dan lain lain.
-
Pokdakan
Berjalan dibidang pertanian dan perikanan yang
menjadikan sebagai sumberdaya pondok meliputi; tanaman jahe merah, kebon jati, distributor
bawang merah, cabe, dan kelapa. Adapun dalam perikanan yaitu pembibitan ikan
gurami, ikan lele dan akan bawal.
-
Out Bound
Berjalan dibidang jasa fasilitator outbound dari
berbagai institusi, mulai dari lembaga pendidikan (PAUD, TK, SD) hingga
karyawan instansi-instansi.
-
LP3 P2HP
Berjalan pada bidang pabrik tahu dan ceriping
singkong yang menjadikan sebgai sumberdaya pondok.
-
Pembangunan
Berjalan dibidang pembuatan paving blok dan batako
yang menjadikan sebagai sumberdaya pondok untuk membantu dalam proses
pembangunan pondok
2. Bidang pendidikan dan pengajaran
Pada hakekatnya pondok TIDAR
merupakan sebuah lembaga pendidikan pesantren, meskipun banyak orang
menyebutnya “Modern”.Modern dengan
penerapan sistem pendidikannya dengan tetap berjiwa pesantren. Berbeda dengan sekolah biasa pada
umumnya, ia merupakan lembaga pendidikan yang menjadikan Kiyai sebagai sentral
figur, dan masjid sebagai pusat kegiatannya.
Mengapa dinamakan Modern? Meskipun banyak orang yang
mengatakan bahwa kata modern merupakan ekspresi masyarakat pada masa itu, namun
yang jelas memang telah modern sejak awal
berdirinya. Hal
ini dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya:
1. Sistem, Metodologi dan Tujuan
2. Memiliki Panca Jangka, Panca Jiwa
3. Sikap, Nilai-nilai, dan disiplin
Pondok TIDAR telah menggunakan sistem klasikal (belajar dalam ruangan kelas),
dimana ada guru, murid, materi pengajaran, metode mengajar, sistem belajar,
evaluasi, dll. Berbeda dengan sistem pengajaran di lingkungan pesantren pada
zaman itu yang lebih menerapkan metode sorogan. Di sisi lain, guru pada saat
itu memakai dasi, jas, dan santri memakai kemeja dan celana panjang, berbeda
dengan kondisi pesantren di masa itu yang dominan memakai pakaian adat dan
budaya tradisional.
Hingga sekarang, ekspresi masyarakat akan kata modern terus melekat mengikuti
nama pondok.
Adapun sistem pendidikan yang
diterapkan Pondok Pesantren TIDAR lebih
berprinsip pada pendidikan mental dan multi system. Maka seluruh totalitas
kehidupan santri dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan adalah
pendidikan, dengan berpijak
pada nilai, ruh, dan kultur
yang tercermin dalam dinamika kehidupan para santri.
Pendidikan tersebut memiliki orientasi
kemasyarakatan yang tercermin dalam panca jiwa dan filsafat hidup para
santrinya. Sebagai pondok pesantren, pondok TIDAR memiliki jiwa yang lebih dikenal
dengan Panca Jiwa, dimana seluruh aktivitas dan kegiatan santri dijiwai
oleh Panca Jiwa, yaitu: Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhwah Islamiyah
dan Kebebasan (dalam bingkai Islam). Adapun filsafat hidup pondok seperti,
Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan, Berjasalah tapi jangan minta
jasa, TIDAR berdiri di atas dan untuk semua golongan, Siap dipimpin dan siap
memimpin, Patah tumbuh hilang berganti, dll.
Dalam mengembangkan pondoknya, TIDAR
memiliki lima jangka panjang yang dikenal dengan Panca
Jangka, yaitu; Pendidikan dan Pengajaran, Perluasan tanah wakaf, Pembangunan
Sarana dan prasarana, Kaderisasi, dan Kesejahteraan Guru dan santri. Adapun
santri dan guru dalam kehidupan sehari-harinya memiliki motto yang disebut
dengan Motto Pondok Modern, yaitu: Berbudi tinggi, Berbadan sehat,
Berpengetahuan luas dan Berfikiran bebas (dalam bingkai Islam).
Disisi lain ada beberapa sistem yang
diterapkan Pondok TIDAR dalam menjalankan pendidikan dan pengajaran,
diantaranya:
1. Sistem
Asrama
Sistem asrama merupakan sistem
dimana santri tinggal di dalam asrama selama 24 jam dengan semua kegiatan dan
rutinitas yang ada. Dengan sistem tersebut diharapkan terciptanya sebuah
dinamika kehidupan santri yang merefleksikan nilai-nilai islam dalam proses pendidikan
dan suasana kehidupan dalam asrama.
2. Sistem
Kelompok (Club, Komunitas)
Yaitu sistem yang dibentuk dimana
santri melakukan aktivitas tertentu dalam kapasitas kelompok. Seperti kelompok
olahraga, kesenian keterampilan, keilmuan, kepramukaan, dll. Sistem ini sengaja
diciptakan guna memacu daya saing antar santri dan kelompok, serta menjadi
wadah bagi masing-masing bidang yang digemari oleh santri itu sendiri.
3. Penugasan
Salah satu bentuk metode pendidikan
ponpes tidar adalah penugasan. Dalam hal ini, selain tugas belajar, santri juga
menjalankan roda organisasi sanrti yang dikenal dengan Organisasi Pelajar
Pondok Modern (OPPM). Organisasi tersebut memiliki beberapa bagian, diantaranya
Koperasi Pelajar, Kantin, Koperasi dapur, Bagian Kesehatan, Bagian Keamanan,
Bagian Kesenian, Bagian Olahraga, dll.
Selain
OPPM yang kepengurusannya diamanatkan kepada Santri kelas 6, Banyak juga wadah
organisasi yang dijalankan oleh santri, diantaranya organisasi di dalam Gerakan
Pramuka, Kelompok olahraga, Kursus bahasa, Konsulat, Kelas, Asrama, dll. Roda
keorganisasian ini terus berganti setiap tahunnya, dengan demikian ponpes Tidar
telah mengajarkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab kepada santri-santrinya
melalui penugasan.
4. Disiplin, nilai dan sunnah pondok
Sebagai sebuah lembaga pendidikan
pesantren, ponpes tidar memiliki disiplin, nilai dan sunnah pondok yang wajib
dilaksanakan oleh pimpinan, guru, santri dan seluruh warga pondok. Dalam hal ini disiplin,
nilai dan sunnah semuanya diciptakan dari santri, oleh santri dan untuk santri.
Ketiga hal tersebut senantiasa bertambah sesuai situasi dan kondisi dengan
melihat kemaslahatan yang berkaitan.
D. Sistem Pelaksanaan dan Aplikasi
Standar Isi
Standar Isi Pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Tidar
1. Standar Isi
Standar Isi
mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar
isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,
kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.
Adapun standar isi, materi yang ada
di Pondok Pesantren Tidar dalam bidang kurikulumnya memiliki 3 pokok utama
yaitu aspek aqliyah, aspek khuluqiyah, dan aspek jasmaniyah yang diuraikan dalam
bentuk mata pelajaran.
2.
Standar Proses
Proses pembelajaran dipondok Tidar diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain
itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan pada santri yang
menjadi figur utama dalam percontohannya.
Pondok pesantren tidar juga didalam pembelajarannya melibatkan secara penuh
dengan keikut sertaannya dalam pembelajaran materinya, pun demikian santri
dalam pembelajarannya tidak hanya di ruangan kelas namun menyatu dengan alam
seperti di taman, kebun, makam dan tempat lainnya.
3.
Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan pondok pesantren tidar memiliki banyak
tingkatan berdasarkan lembaga pendidikan di Pesantren Tidar mulai dari WAJARDIKDAS ula sampai WAJARDIKDAS wustho memiliki kemampuan
Dirasah islamiyah, mampu berbahasa arab. Sedangkan lembaga pendidikan
kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah (KMI) selain daripada kompotensi lulusan
Wajardikdas ula dan wustho santri KMI mampu menjadi guru, guru disegala
bidang.
4. Standar Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan
Pendidik di Pon-Pes Tidar memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan dari pada
pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik yang
dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh
seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian
yang relevan sesuai ketentuan dan kesepakatan pihak pondok yang dinyatakan
secara tertulis terbukti didalam keahliannya juga sesuai ketetuan yang berlaku
dalam perundang-undangan. Kompetensi sebagai agen pembelajaran di Pon-Pes Tidar meliputi :
·
Kompetensi pedagogik
·
Kompetensi kepribadian
·
Kompetensi profesional
·
Kompetensi sosial.
Pendidik
meliputi pendidik pada TK Bustanul athf, Al-kausar, TK AL-qur’an al-kausar, TPQ
Al-Kausar, TQQA AL-Kausar, KMI, satuan
pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan
pelatihan.
Tenaga
kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan,
teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan karyawan.
5. Standar Sarana dan Prasarana
Pondok Pesantren Tidar memiliki sarana
prasaran masjid, rumah pengasuh, kantor adm inistrasi, gedung kelas, gedung
asrama santri putra dan putri, rumah asatidz, tempat wirausaha, lapangan,
perpustakaan, dapur, dan aula. Sarana prasarana Pondok Tidar masih dibawah
batas minimal standar sarana perasarana standar Nasional, karena masih dalam
tahap perkembangan.
6.
Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan
Pondok Tidar memiliki dua macam pengelolaan, pertama pengelolaan oleh
Pondok Tidar , yang kedua oleh pemerintah. Adapun yang dikelolah oleh Pondok
Tidar yakni pada TK Bustanul Athfal, Al-kausar, TK AL-qur’an al-kausar, TPQ
Al-Kausar, TQQA AL-Kausar, KMI, adapun yang dikelolah oleh pihak pemerintah,
lembaga pendidikanya yaitu WAJARDIKDAS ula (paket A) dan WAJARDIKDAS Wustho
(Paket B)
7. Standar Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan Pondok Pesntren Tidar, yang
menjadi sumber daya utama sebagi pembangunan, pengembangan, dan pertumbuhan
Pondok didapat dari berbagi sumber. Yaitu: Waqaf (Tanah, gedung), dari
infentasi usaha kewirausahaan Pondok Pesanteren Tidar, dari infaq (Wali santri,
para donatur, dan hambah Allah) dan beberapa bantuan seperti BOS, KIP, dan
lembaga JIZ.
8. Standar
Penilaian Pendidikan
Penilaian pendidikan di Pondok Pesantrean Tidar
Penilaian pendidikan di Pondok Pesantrean Tidar
·
Ulangan Umum
·
UTS
·
UAS (Safari dan syafahwi)
·
Ujian Nihai (Ujian lisan, tulisan, qira’atul qutub,
safari , syafahwi, dan amaliyah tadris)
Semua ujian diatas tidak terlepas dari ujian tes dan
lisan. Adapun materi yang diujikan sebagai bahan penilaian meliputi tiga pokok
utama materi yaitu aqliyah, khuluqiyah, dan jasmaniyah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem
pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi yang
diciptakan untuk diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung
dalam pondok pesantren. Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebih
akomodatif terhadap perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini. Oleh
karena itu idealisme”lillahi ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan
profesionalisme yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi yang ideal
dan utuh yaitu idealism-profesionalisme.
Menciptakan
model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada sistem pengajaran klasik
(wetonan,bandongan) dan materi kitab-kitab kuning. Tetapi semua sistem
pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan
prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern. Misi pesantren yang
sesuai dengan filosofis pendidikan Islam dan yang sudah dijelaskan diatas. Pada
esensinya dakwah yang di lakukan kiai sebagai medium transformasi sosial
melalui pendekatan keagamaan. Pada esensinya dakwah yang dilakukan kiai sebagai
medium transformasi sosial keagamaan itu di orientasikan kepada pemberdayaaan
salah satunya aspek kongnitif masyarakat.
Pondok
pesantren Tidar yang masih dalam roda perkembangan yang memiliki keutamaan dan
kekhasan dalam proses pengelolalaan dan manajemenya, terutama dalam bidang
pendidikan dan pengajaranya dalm uraian materinya yang meliputi tiga pokok
utama yang menjadi dasar kurikulum pondok yaitu aspek aqliyah, aspek huluqiyah,
dan aspek jasmaniyah, yang menjadi keseluruhan materi.
Pondok
pesantren Tidar dalam pengelolaan dan manajemenya meliputi tiga pembagiaan
tugas kebijakan yaitu :
a. Bidang
perekonomian
b. Bidang
pendidikan dan pengajaran
c. Bidang
pengasuahan
DAFTAR PUSTAKA
1)
Ainurrofiq Dawam dan Ahmad Ta’rifin,
2008, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, cet. 3. (Jakarta:PT. Lista
Farika Putra).
2)
Dhofier, Zamakhsyari 2011, Tradisi
Pesantren. cet. 8, ed. 8, (Jakarta; LPEES).
3)
Haedari, Amin dan Ishom El-Saha,
2008, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah.
(Jakarta:Diva Pustaka).
4)
Halim, A dkk, 2005, Manajemen
Pesantren, cet. 1, (Yogyakarta:PT. LkiS Pelangi Aksara).
5)
_________Manajemen Pondok
Pesantren….
6)
Jawwad, M. Abdul Menjadi Manajer
Sukses, 2004, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani).
7)
Masyhud, M. Sulthon dan M.
Khusnurridlo, 2003, Manajemen Pondok Pesantren, cet. 1, (Jakarta: Diva
Pustaka).
8)
MU YAPPI, 2008, Manajemen
Pengembangan Pondok Pesantren ,cet. 1(Jakarta: Media Nusantara).
9)
Sutabri, Tata 2005, Sistem
Informasi Manajemen, cet. 1. Ed. 1 Perpustakaan Negara.
10)
Yacub, M, 2006, Pondok Pesantren
dan Pembangunan Masyarakat Desa, (Bandung:PT. Angkasa).
Makalah
dapat diakses di :
http://ikhwanbaynaka.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar