KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil’alamin ....
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang atas limpahan rahmat dan
nikmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini .
Makalah
berjudul “ Penjabaran Materi Pembelajaran
Aqidah Akhlaq ; Iman kepada
Qadha dan Qadar Allah “
ini saya susun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Aqidah Akhlaq yang
diampu oleh Ibu Istania Widayati, S.Pd.I, M.Pd.I.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun
tak lepas dari bantuan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak yang tidak
mungkin penyusun sebutkan satu per satu . Oleh karena itu penyusun mengucapkan
terima kasih serta mendoakan Jazakumullahu
khoiron katsiro, Jazakumullah
akhsanul jaza’.
Penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran
yang membangun demi tersusunnya makalah yang sempurna. Akhirnya, penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat .
Nashrun Minallah Wa Fatkhun Qorieb ...
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ........................................................................................................... 1
Daftar Isi 2
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang .............................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
BAB II : Pembahasan
A. Pengertian Iman kepada Qadha dan
Qadar Allah ........................................ 4
B. Tanda-tanda Beriman kepada Qadha dan
Qadar .......................................... 5
C. Fungsi Beriman kepada Qadha dan
Qadar ................................................... 7
D. Contoh Masalah Terkait Qadha dan
Qadar .................................................. 9
E.
Hikmah Beriman kepada Qadha dan
Qadar ................................................ 14
BAB III : Penutup
A. Simpulan ........................................................................................................ 15
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Iman adalah aspek agama Islam yang
paling mendasar, dan bisa disebut pondasi dari agama. Bila sistem iman rusak,
maka runtuhlah bangunan agama secara keseluruhan. Dalam agama Islam iman ini
terbagi enam, yaitu: iman kepada Allah, Rasul-Nya, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
Hari akhir serta qadha & qadar.
Didalam makalah ini, akan dibahas mengenai “Qadha dan Qadar” yang
mana didalamnya adalah pengertian,
iman kepada qadha dan qadar, dan yang bersangkutan dengan beriman kepada qadha dan qadar.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian iman kepada qadha dan qadar ?
2. Bagaimana tanda-tanda iman kepada qadha dan qadar ?
3. Apakah fungsi iman kepada qadha dan qadar ?
4. Apakah hikmah iman kepada qadha dan qadar ?
5. Bagaimana contoh masalah terkait
qadha dan qadar ?
C.
TUJUAN
1. Memahami pengertian beriman kepada qadha dan qadar
2. Memahami tanda-tanda beriman kepada qadha dan qadar
3. Mengetahui fungsi dan hikmah iman kepada qadha dan qadar
4. Memahami contoh masalah terkait
qadha dan qadar
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
Dalam al-qur’an kata qadha berarti
hukum atau keputusan perintah, kehendak dan mewujudkan atau menjadikan, sedangkan
kata qadar berarti kekuasaan atau kemampuan, ketentuan atau kepastian, ukuran
dan mengatur ser ta menentukan sesuatu menurut batas – batasnya.
Ulama Asy’ariah, yang dipelopori oleh Abu
Hasan Al-Asy’ari (wafat di Basrah tahun 330 H), berpendapat bahwa qadha ialah
kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan atau keburukan,
yang sesuai dengan apa yang akan diciptakan dan tidak akan berubah-ubah sampai
terwujudnya kehendak tersebut.
Sedangkan qadar adalah perwujudan
kehendak Allah SWT terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk – bentuk dan batasan
– batasan tertentu, baik mengenai zat-zatnya ataupun sifat-sifatnya.
Rasulullah
bersabda :
Artinya :”Iman
itu ialah engkau percaya pada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para
RasulNya, hari akhirat, dan engkau percaya pada qadar yang baiknya ataupun yang
buruk (H.R. Muslim) .
Iman
kepada qada dan qadar dalam ungkapan sehari –hari lebih populer dengan sebutan
iman kepada takdir, Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang
terjadi di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang
subur dan yang tandus, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan
kehendak dan ketentuan Allah SWT.
Hukum beriman kepada takdir adalah wajib. Seseorang yang mengaku Islam,
tetapi tidak beriman pada takdir dapat dianggap murtad. Ayat – ayat Al-Quran
yang menjelaskan tentang iman kepada takdir cukup banyak antara lain :
Artinya :”Apabila Allah hendak
menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadaNya:”Jadilah”, lalu
jadilah dia” (Q.S. Ali – Imran :47)
Artinya : “dan ketetapan ALLAH itu
suatu ketetapan yang pasti berlaku(Q.S. Al-Ahzab:38)
B. TANDA-TANDA BERIMAN KEPADA QADA DAN
QADAR
Tanda-tanda keimanan kepada qada dan
qadar itu antara lain:
1. Menyadari dan menyakini bahwa segala apa yang diperoleh dan
dialami oleh manusia baik berupa nikmat ataupun musibah pada hakikatnya
merupakan ketentuan dan kehendak Allah, yang telah tertulis dalam buku induk (lauh
Mahfuz), yang sesuai pula dengan ilmu Allah Yang Mahaluas lagi
Mahasempurna.
Selain itu orang yang beriman kepada
qada dan qadar (takdir), tentu akan menyadari bahwa nikmat dan musibah itu
hakikatnya merupakan ujian dari Allah SWT.
2. Orang yang beriman kepada takdir menyadari bahwa ia tidak
mengetahui apa yang akan menimba dirinya, apakah bencana ataukah nikmat.
Kewajiban manusia ialah berikhtiar dan bertawakal agar memperoleh nikmat dan
terhindar dari bencana.
Penjelasan mengenai
ikhtiar dan tawakal, sebagai tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar
(takdir), sebagai berikut :
1. Ikhtiar
Islam melarang setiap pemeluknya
untuk menganut fatalisme, yaitu paham atau ajaran yang mengharuskan berserah
diri pada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan
oleh nasib. Fatalisme adalah paham yang keliru, menyimpang dari ajaran tentang
iman pada takdir, penghambat kemajuan dan penyebab kemunduran umat.
Diantara cara-cara yang harus
ditempuh agar suatu usaha berhasil adalah sebagai berikut:
a. Menguasai bidang usaha yang
dilaksanakannya.
b. Berusaha dengan sungguh-sungguh.
c. Melandasi usahanya dengan niat
ikhlas karena Allah.
d. Berdoa kepada Allah agar memperoleh pertolongan-Nya.
Dalam surah yang lain, Allah SWT
berfirman yang artinya, “Dan bahwasanya seseorang manusia tiada memperoleh
selain apa yag diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya). Kemudian dia akan diberi balasan yang paling sempurna, dan
bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (Q.S.
An-Najm, 53: 39-42)
2. Tawakal
Setiap muslim/muslimah yang
betul-betul beriman kepada takdir, selain wajib untuk berikhtiar, juga wajib
bertawakal kepada Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT berfirman sebagai berikut:
“Kemudian apabila kamu telah mmbulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal. (Q.S.
Ali ‘Imran, 3:159)
Selain itu Allah SWT juga berfirman
:
Artinya : “katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang
yang beriman harus bertawakal.”. (Q.S. At-Taubah, 9:51)
Menurut istilah bahasa, tawakal pada
Allah berarti berserah diri pada Allah atau menggantungkan diri pada Allah SWT.
Sedangkan menurut ajaran islam tawakal pada Allah berarti berserah diri pada
qada dan qadar Allah, setelah berusaha(berikhtiar) sekuat mungkin sesuai dengan
kwajiban sebagai manusia
B. FUNGSI
BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
Allah SWT
mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qadha dan qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi
(hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :
1. Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam
semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana.
Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk melakukan
usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan
berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya
secara adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di
akherat.
2.
Menumbuhkan
kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan
– ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang
demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan
yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha
penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air,
udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di
manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi.
(lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
3.
Meningkatkan
ketakwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran
bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan,
angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam
seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak,
kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah
SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal
dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya
bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga,
sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak
berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka
jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
4.
Menumbuhkan
sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela.
Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu
akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan
optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan prilaku
tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam
hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari
Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
5.
Mendorong umat
manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya meningkat, sehingga
hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Umat manusia (umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam
hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan
berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai
dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi
manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R.
At-Tabrani).
C. CONTOH MASALAH TERKAIT QADHA DAN
QADAR
-
Pertanyaan :
Mengapa
di negara Indonesia sering terjadi bencana alam ?? padahal mayoritas
penduduknya beragama islam .??
-
Jawab :
Berbicara
tentang bencana, dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa bencana itu
adalah sesuatu yg menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau
penderitaan, adapun bencana alam maksudnya adalah bencana yg disebabkan oleh
alam (seperti gempa bumi, angin topan, longsor, tsunami, gunung meletus, banjir
bandang, dan sebagainya.
Apakah bencana alam murni disebabkan oleh alam ?
Apakah bencana alam murni disebabkan oleh alam ?
{فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ
فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ} [الأعراف: 78]
“ Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka
mayit-mayit yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka’ [Al A'raf : 78]
Ayat diatas menggambarkan tentang Gempa Bumi yang menimpa kaum Tsamud, karena kesyirikan, kekafiran dan maksiat serta pembangkangan mereka terhadap saudara mereka Sholeh, sebagaimana diceritakan pada ayat sebelumnya :
Ayat diatas menggambarkan tentang Gempa Bumi yang menimpa kaum Tsamud, karena kesyirikan, kekafiran dan maksiat serta pembangkangan mereka terhadap saudara mereka Sholeh, sebagaimana diceritakan pada ayat sebelumnya :
{قَالَ
يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ
بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً فَذَرُوهَا
تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ} [الأعراف: 73]
“ (Shaleh) berkata. "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti
yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu,
maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya,
dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang
pedih." [Al A'raf : 73
Allah berfirman tentang penduduk Madyan :
Allah berfirman tentang penduduk Madyan :
{فَأَخَذَتْهُمُ
الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ} [الأعراف: 91]
“ Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka
mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka [Al A'raf : 91]
Penyebab gempa bumi yang menimpa mereka, tidak lain karena dosa, kesyirikan, kekafiran dan maksiat serta pembangkangan mereka terhadap saudara meraka Syu'aib;
Penyebab gempa bumi yang menimpa mereka, tidak lain karena dosa, kesyirikan, kekafiran dan maksiat serta pembangkangan mereka terhadap saudara meraka Syu'aib;
{قَالَ
يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ
بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا
النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ} [الأعراف: 85]
“ (Syu'aib) berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia
barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu
jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". [Al A'raf : 85]
Kisah Kaum Nabi Nuh yang dibinasakan dengan bencana banjir dan angin topan, :
Kisah Kaum Nabi Nuh yang dibinasakan dengan bencana banjir dan angin topan, :
{وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا
خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ} [العنكبوت: 14]
“ Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya,
maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka
mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang lalim “ [Al
Ankabut : 14]
Penyebab bencana yang melanda mereka tidak lain karena pembangkangan mereka terhadap Nabi Nuh Alaihissalam yang mengajak mereka untuk men-Tauhid-kan Allah Subhanahu wata'ala;
Penyebab bencana yang melanda mereka tidak lain karena pembangkangan mereka terhadap Nabi Nuh Alaihissalam yang mengajak mereka untuk men-Tauhid-kan Allah Subhanahu wata'ala;
{لَقَدْ
أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا
لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
[الأعراف: 59]
“ Sesungguhnya Kami telah mengutus
Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah,
sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu
tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar
(kiamat) “ [Al A'raf : 59]
Tampak jelas dari kisah umat terdahulu yang disebutkan diatas bahwa penyebab bencana yang membinasakan mereka adalah karena dosa-dosa mereka dalam bentuk : Kesyirikan, Kekufuran, serta Maksiat.
Perkara selanjutnya yang dapat menyebabkan bencana adalah hilangnya loyalitas terhadap sesama orang beriman dan hilangnya sikap berlepas diri dari orang-orang kafir, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
Tampak jelas dari kisah umat terdahulu yang disebutkan diatas bahwa penyebab bencana yang membinasakan mereka adalah karena dosa-dosa mereka dalam bentuk : Kesyirikan, Kekufuran, serta Maksiat.
Perkara selanjutnya yang dapat menyebabkan bencana adalah hilangnya loyalitas terhadap sesama orang beriman dan hilangnya sikap berlepas diri dari orang-orang kafir, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
{وَالَّذِينَ
كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي
الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ} [الأنفال: 73]
“ Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi
pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak
melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi
kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar “ [Al Anfal : 73]
Perkara yang diperintahkan Allah dalam ayat diatas adalah senantiasa loyal terhadap sesama kaum muslimin dan berlepas diri dari orang-orang kafir.
Kesimpulannya, bencana yang terjadi penyebabnya berkaitan dengan dosa yang diperbuat oleh tangan-tangan manusia itu sendiri, Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
Perkara yang diperintahkan Allah dalam ayat diatas adalah senantiasa loyal terhadap sesama kaum muslimin dan berlepas diri dari orang-orang kafir.
Kesimpulannya, bencana yang terjadi penyebabnya berkaitan dengan dosa yang diperbuat oleh tangan-tangan manusia itu sendiri, Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
{ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ} [الروم: 41]
“ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar). “ [Ar Rum : 41]
{وَمَا
أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ}
[الشورى: 30]
“ Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu).” [Asy
Syuro : 30]
{فَكُلًّا
أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ
مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ
مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا
أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ} [العنكبوت: 40]
“ Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan
dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu
kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan
di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada
yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka,
akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. “ [Al Ankabut : 40]
Akibat yang ditimbulkan dari sebuah bencana yang melanda tidaklah terbatas dan terkhusus hanya ditujukan bagi para pendosa, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
Akibat yang ditimbulkan dari sebuah bencana yang melanda tidaklah terbatas dan terkhusus hanya ditujukan bagi para pendosa, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
{وَاتَّقُوا
فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [الأنفال: 25]
“ Dan peliharalah dirimu daripada
siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu.
Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” [Al Anfal : 25]
Setelah mengetahui penyebab dan akibat yang ditimbulkan oleh bencana mari kita senantiasa ber-amar ma'ruf dan nahi mungkar serta senantiasa istigfar dan bertaubat kepada Allah SWT, senantiasa memperbaiki diri pribadi, keluarga dan masyarakat, serta menambah kemantapan iman kita untuk beriman pada qadha dan qadar Allah SWT, sehingga Allah SWT menjauhkan kita dari bala’ dan bencana;
Setelah mengetahui penyebab dan akibat yang ditimbulkan oleh bencana mari kita senantiasa ber-amar ma'ruf dan nahi mungkar serta senantiasa istigfar dan bertaubat kepada Allah SWT, senantiasa memperbaiki diri pribadi, keluarga dan masyarakat, serta menambah kemantapan iman kita untuk beriman pada qadha dan qadar Allah SWT, sehingga Allah SWT menjauhkan kita dari bala’ dan bencana;
{وَمَا
كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ} [هود: 117]
“ Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan
membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang
berbuat kebaikan.” [Hud : 117]
D. HIKMAH
BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
1. Menumbuhkan kesadaran bahwa alam
semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah
swt (sunnatullah atau hukum
alam )
2. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah
SWT.
3. Menumbuhkan sikap dan perilaku
terpuji, serta menghilangkan sikap serta perilaku tercela.
4. Menambah kemantapan berislam
karena mengimani qadha dan qadar Allah
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, bahwa qadha dan
qadar ialah ketetapan Allah dan menertipkan segala sesuatu menurut apa yang
kehendakiNya. Apa yang Allah telah takdirkan di masa azali yakni akan terjadi
sesuai dengan ilmu Allah dan kehendakNya yang azali.
2. Sesungguhnya keimanan setiap manusia kepada Qadha dan qadar,
tidaklah bertentangan dengan keyakinan bahwa hamba memiliki kehendak dan
kemampuan dalam perbuatan ikhtiarnya. Kehendak yang diberikan Allah kepada
manusia, yaitu kehendak memilih, menentukan dan memutuskan berbuat baik atau
buruk. Ia memberikan akal-budi dan berbagai rangsangan. Dan juga telah
memberinya suatu kecendrungan kearah kebaikan.
3. Disamping itu, ia telah memberinya petunjuk melalui wahyu
dan ilham, dan telah menganjurkan untuk menolak kejahatan, melawannya dengan
yang lebih baik. Allah tidak pernah mengubah rahmat yang telah dilimpahkanNya
kepada suatu kaum, sehingga mereka mengubahnya sendiri.
4. Ridha terhadap qadha dan qadar merupakan kewajiban bagi
orang Muslim, karena hamba disuruh untuk bersyukur jika mendapat nikmat atau
hal-hal yang menyenangkan dan bersabar apabila mengalami kesusahan/musibah.
5. Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada
takdir.
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Abdul Al-Maududi,
dkk, Esensi Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997
Alfat, Masan, dkk, Aqidah
Akhlak, Semarang: Karya Toha Putra, tt.
Aziz, Abdul Bin Muhammed, Tauhid
Untuk Tingkat Pemula Dan Lanjutan, Saudi Arabia: tp., 1422
Hasbi, M. Ash Shiddieqi, Sejarah
Dan Pengantar Ilmu Tauhid / Kalam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973
Hubarakah, Abdurrahman. Pokok-Pokok Akidah
Islam, Jakarta : Gema Insani, 1998
Mulyadi, Aqidah Akhlak,
Semarang: Karya Toha Putra, 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar