Sabtu, 02 Januari 2016

Makalah Aqidah Akhlaq " Penjabaran Materi Iman kepada Qadha dan Qadar Allah "



KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin ....
Puji dan syukur penyusun  panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini .
            Makalah berjudul   Penjabaran Materi Pembelajaran Aqidah Akhlaq ; Iman kepada Qadha dan Qadar Allah   ini saya susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah  Aqidah Akhlaq yang diampu oleh Ibu Istania Widayati, S.Pd.I, M.Pd.I.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun tak lepas dari bantuan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu per satu . Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih serta mendoakan Jazakumullahu khoiron katsiro,  Jazakumullah akhsanul jaza’.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun demi tersusunnya makalah yang sempurna. Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat .
Nashrun Minallah Wa Fatkhun Qorieb ...



Penyusun









DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ...........................................................................................................  1   
Daftar Isi                                                                                                                       2

BAB I : Pendahuluan
A.    Latar Belakang ..............................................................................................  3
B.    Rumusan Masalah .........................................................................................  3
C.    Tujuan ............................................................................................................  3

BAB II : Pembahasan
A.    Pengertian Iman kepada Qadha dan Qadar Allah ........................................  4
B.    Tanda-tanda Beriman kepada Qadha dan Qadar ..........................................  5
C.    Fungsi Beriman kepada Qadha dan Qadar ...................................................  7
D.    Contoh Masalah Terkait Qadha dan Qadar ..................................................  9
E.   Hikmah Beriman kepada Qadha dan Qadar ................................................  14

BAB III : Penutup
A.    Simpulan ........................................................................................................  15

Daftar Pustaka ...........................................................................................................  16








BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Iman adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut pondasi dari agama. Bila sistem iman rusak, maka runtuhlah bangunan agama secara keseluruhan. Dalam agama Islam iman ini terbagi enam, yaitu: iman kepada Allah, Rasul-Nya, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Hari akhir serta qadha & qadar.
Didalam makalah ini, akan dibahas mengenai “Qadha dan Qadar” yang mana didalamnya adalah pengertian, iman kepada qadha dan qadar, dan yang bersangkutan dengan  beriman kepada qadha dan qadar.


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian iman kepada qadha dan qadar ?
2.      Bagaimana tanda-tanda iman kepada qadha dan qadar ?
3.      Apakah fungsi iman kepada qadha dan qadar ?
4.      Apakah hikmah iman kepada qadha dan qadar ?
5.      Bagaimana contoh masalah terkait qadha dan qadar ?


C.    TUJUAN
1.       Memahami pengertian beriman kepada qadha dan qadar
2.       Memahami tanda-tanda beriman kepada qadha dan qadar
3.       Mengetahui fungsi dan hikmah iman kepada qadha dan qadar
4.       Memahami contoh masalah terkait qadha dan qadar



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
            Dalam al-qur’an kata qadha berarti hukum atau keputusan perintah, kehendak dan mewujudkan atau menjadikan, sedangkan kata qadar berarti kekuasaan atau kemampuan, ketentuan atau kepastian, ukuran dan mengatur ser ta menentukan sesuatu menurut batas – batasnya.
            Ulama Asy’ariah, yang dipelopori oleh Abu Hasan Al-Asy’ari (wafat di Basrah tahun 330 H), berpendapat bahwa qadha ialah kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan atau keburukan, yang sesuai dengan apa yang akan diciptakan dan tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya kehendak tersebut.
            Sedangkan qadar adalah perwujudan kehendak Allah SWT terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk – bentuk dan batasan – batasan tertentu, baik mengenai zat-zatnya ataupun sifat-sifatnya.
      Rasulullah bersabda :
Artinya :”Iman itu ialah engkau percaya pada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhirat, dan engkau percaya pada qadar yang baiknya ataupun yang buruk (H.R. Muslim) .
      Iman kepada qada dan qadar dalam ungkapan sehari –hari lebih populer dengan sebutan iman kepada takdir, Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang tandus, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah SWT.
      Hukum beriman kepada takdir adalah wajib. Seseorang yang mengaku Islam, tetapi tidak beriman pada takdir dapat dianggap murtad. Ayat – ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang iman kepada takdir cukup banyak antara lain :
Artinya :”Apabila Allah hendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadaNya:”Jadilah”, lalu jadilah dia” (Q.S. Ali – Imran :47)

Artinya : “dan ketetapan ALLAH itu suatu ketetapan yang pasti berlaku(Q.S. Al-Ahzab:38)

B.     TANDA-TANDA BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR
Tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar itu antara lain:
1.      Menyadari dan menyakini bahwa segala apa yang diperoleh dan dialami oleh manusia baik berupa nikmat ataupun musibah pada hakikatnya merupakan ketentuan dan kehendak Allah, yang telah tertulis dalam buku induk (lauh Mahfuz), yang sesuai pula dengan ilmu Allah Yang Mahaluas  lagi Mahasempurna.
Selain itu orang yang beriman kepada qada dan qadar (takdir), tentu akan menyadari bahwa nikmat dan musibah itu hakikatnya merupakan ujian dari Allah SWT.
2.      Orang yang beriman kepada takdir menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa yang akan menimba dirinya, apakah bencana ataukah nikmat. Kewajiban manusia ialah berikhtiar dan bertawakal agar memperoleh nikmat dan terhindar dari bencana.
Penjelasan mengenai ikhtiar dan tawakal, sebagai tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar (takdir), sebagai berikut :
1.      Ikhtiar
Islam melarang setiap pemeluknya untuk menganut fatalisme, yaitu paham atau ajaran yang mengharuskan berserah diri pada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib. Fatalisme adalah paham yang keliru, menyimpang dari ajaran tentang iman pada takdir, penghambat kemajuan dan penyebab kemunduran umat.
Diantara cara-cara yang harus ditempuh agar suatu usaha berhasil adalah sebagai berikut:
a.       Menguasai bidang usaha yang dilaksanakannya.
b.      Berusaha dengan sungguh-sungguh.
c.       Melandasi usahanya dengan niat ikhlas karena Allah.
d.      Berdoa kepada Allah agar memperoleh pertolongan-Nya.
Dalam surah yang lain, Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bahwasanya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yag diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian dia akan diberi balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (Q.S. An-Najm, 53: 39-42)
2.      Tawakal
Setiap muslim/muslimah yang betul-betul beriman kepada takdir, selain wajib untuk berikhtiar, juga wajib bertawakal kepada Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT berfirman sebagai berikut: “Kemudian apabila kamu telah mmbulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal. (Q.S. Ali ‘Imran, 3:159)

Selain itu Allah SWT juga berfirman :
Artinya : “katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”. (Q.S. At-Taubah, 9:51)

Menurut istilah bahasa, tawakal pada Allah berarti berserah diri pada Allah atau menggantungkan diri pada Allah SWT. Sedangkan menurut ajaran islam tawakal pada Allah berarti berserah diri pada qada dan qadar Allah, setelah berusaha(berikhtiar) sekuat mungkin sesuai dengan kwajiban sebagai manusia










B.     FUNGSI BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
            Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qadha dan qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :
1.      Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
2.      Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
3.      Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
4.      Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
5.      Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).













C.     CONTOH MASALAH TERKAIT QADHA DAN QADAR
-                      Pertanyaan      :
            Mengapa di negara Indonesia sering terjadi bencana alam ?? padahal mayoritas penduduknya beragama islam .??

-                      Jawab              :
            Berbicara tentang bencana, dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa bencana itu adalah sesuatu yg menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan, adapun bencana alam maksudnya adalah bencana yg disebabkan oleh alam (seperti gempa bumi, angin topan, longsor, tsunami, gunung meletus, banjir bandang, dan sebagainya.
            Apakah bencana alam murni disebabkan oleh alam ?
{فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ} [الأعراف: 78]
“ Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayit-mayit yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka’ [Al A'raf : 78]
            Ayat diatas menggambarkan tentang Gempa Bumi yang menimpa kaum Tsamud, karena kesyirikan, kekafiran dan maksiat serta pembangkangan mereka terhadap saudara mereka Sholeh, sebagaimana diceritakan pada ayat sebelumnya :
{قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [الأعراف: 73]
“ (Shaleh) berkata. "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih." [Al A'raf : 73
            Allah berfirman tentang penduduk Madyan :
{فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ} [الأعراف: 91]
“ Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka [Al A'raf : 91]
            Penyebab gempa bumi yang menimpa mereka, tidak lain karena dosa, kesyirikan, kekafiran dan maksiat serta pembangkangan mereka terhadap saudara meraka Syu'aib;
{قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ} [الأعراف: 85]
“ (Syu'aib) berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". [Al A'raf : 85]
            Kisah Kaum Nabi Nuh yang dibinasakan dengan bencana banjir dan angin topan, :
{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ} [العنكبوت: 14]
“ Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang lalim “ [Al Ankabut : 14]
            Penyebab bencana yang melanda mereka tidak lain karena pembangkangan mereka terhadap Nabi Nuh Alaihissalam yang mengajak mereka untuk men-Tauhid-kan Allah Subhanahu wata'ala;
{لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ} [الأعراف: 59]
“ Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat) “  [Al A'raf : 59]
            Tampak jelas dari kisah umat terdahulu yang disebutkan diatas bahwa penyebab bencana yang membinasakan mereka adalah karena dosa-dosa mereka dalam bentuk : Kesyirikan, Kekufuran, serta Maksiat.
            Perkara selanjutnya yang dapat menyebabkan bencana adalah hilangnya loyalitas terhadap sesama orang beriman dan hilangnya sikap berlepas diri dari orang-orang kafir, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ} [الأنفال: 73]
“ Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar “ [Al Anfal : 73]

            Perkara yang diperintahkan Allah dalam ayat diatas adalah senantiasa loyal terhadap sesama kaum muslimin dan berlepas diri dari orang-orang kafir.
            Kesimpulannya, bencana yang terjadi penyebabnya berkaitan dengan dosa yang diperbuat oleh tangan-tangan manusia itu sendiri, Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
{ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ} [الروم: 41]
“ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). “  [Ar Rum : 41]
{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ} [الشورى: 30]
“ Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”  [Asy Syuro : 30]
{فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ} [العنكبوت: 40]
“ Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. “ [Al Ankabut : 40]
            Akibat yang ditimbulkan dari sebuah bencana yang melanda tidaklah terbatas dan terkhusus hanya ditujukan bagi para pendosa, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
{وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [الأنفال: 25]
“ Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”  [Al Anfal : 25]
            Setelah mengetahui penyebab dan akibat  yang ditimbulkan oleh  bencana mari kita senantiasa ber-amar ma'ruf dan nahi mungkar serta senantiasa istigfar dan bertaubat kepada Allah SWT, senantiasa memperbaiki diri pribadi, keluarga dan masyarakat, serta menambah kemantapan iman kita untuk beriman pada qadha dan qadar Allah SWT, sehingga Allah SWT  menjauhkan kita dari bala’ dan bencana;
{وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ} [هود: 117]
“ Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” [Hud : 117]






D.    HIKMAH BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

1.  Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah swt (sunnatullah atau hukum alam )
2. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
3. Menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji, serta menghilangkan sikap serta perilaku tercela.
4. Menambah kemantapan berislam karena mengimani qadha dan qadar Allah
























BAB III
PENUTUP

A.   SIMPULAN
1.      Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, bahwa qadha dan qadar ialah ketetapan Allah dan menertipkan segala sesuatu menurut apa yang kehendakiNya. Apa yang Allah telah takdirkan di masa azali yakni akan terjadi sesuai dengan ilmu Allah dan kehendakNya yang azali.
2.      Sesungguhnya keimanan setiap manusia kepada Qadha dan qadar, tidaklah bertentangan dengan keyakinan bahwa hamba memiliki kehendak dan kemampuan dalam perbuatan ikhtiarnya. Kehendak yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu kehendak memilih, menentukan dan memutuskan berbuat baik atau buruk. Ia memberikan akal-budi dan berbagai rangsangan. Dan juga telah memberinya suatu kecendrungan kearah kebaikan.
3.      Disamping itu, ia telah memberinya petunjuk melalui wahyu dan ilham, dan telah menganjurkan untuk menolak kejahatan, melawannya dengan yang lebih baik. Allah tidak pernah mengubah rahmat yang telah dilimpahkanNya kepada suatu kaum, sehingga mereka mengubahnya sendiri.
4.      Ridha terhadap qadha dan qadar merupakan kewajiban bagi orang Muslim, karena hamba disuruh untuk bersyukur jika mendapat nikmat atau hal-hal yang menyenangkan dan bersabar apabila mengalami kesusahan/musibah.
5.      Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada takdir.








DAFTAR PUSTAKA

A’la, Abdul  Al-Maududi, dkk, Esensi Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997

Alfat, Masan, dkk, Aqidah Akhlak, Semarang: Karya Toha Putra, tt.

Aziz, Abdul Bin Muhammed, Tauhid Untuk Tingkat Pemula Dan Lanjutan, Saudi Arabia: tp., 1422

Hasbi, M. Ash Shiddieqi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tauhid / Kalam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973

Hubarakah, Abdurrahman. Pokok-Pokok Akidah Islam, Jakarta : Gema Insani, 1998

Mulyadi, Aqidah Akhlak, Semarang: Karya Toha Putra, 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar